Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Obesitas Bisa Picu Penyakit Diabetes, Ini 3 Alasannya...

Kompas.com - 12/11/2020, 19:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Memiliki bobot tubuh yang melebihi indeks massa tubuh bukan hanya menjadi persoalan body shaming pada penampilan seseorang.

Namun, para ahli cenderung menilai dan menganjurkan untuk tidak memiliki berat badan berlebih atau obesitas karena berbagai penyakit yang bisa mengikuti keadaan tersebut, termasuk salah satunya adalah diabetes.

Bagaimana orang obesitas bisa berisiko mengidap penyakit diabetes?

Presiden PB Persadia terpilih periode 2020-2022, Dr dr Sony Wibisono SpPD-KEMD, FINASIm membetulkan bahwa obesitas bisa meningkatkan risiko orang tersebut menderita penyakit diabetes.

Baca juga: Vitamin A dan Suhu Dingin Dorong Terapi Baru untuk Obesitas, Kok Bisa?

 

Sony menjelaskan, berdasarkan petunjuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa seseorang bisa disebut obesitas secara global adalah jika bobot tubuhnya melebihi 30 Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT).

"Tapi untuk Indonesia dan sekitarnya berbeda, (massa tubuh) lebih dari 24,5 BMI udah masuk gemuk. Jadi tiap wilayah berbeda-beda karena memiliki gen tertentu soal gemuk," kata Sony dalam diskusi daring bertajuk World Diabetes Day 2020: Pentingnya Peran Cargiver dan Saatnya Sadar serta Peduli Diabetes, Selasa (3/11/2020).

Ada setidaknya 3 mekanisme yang membuat orang dengan obesitas berisiko tinggi mengidap diabetes.

Baca juga: Perhatikan BMI untuk Kurangi Risiko Covid-19 akibat Obesitas

 

1. Tubuh banyak jaringan lemak putih

Pada kondisi gemuk atau obesitas, tubuh mempunyai 2 macam jaringan lemak yaitu cokelat dan putih. Kedua jaringan ini memiliki perbedaan sifat.

Sifat yang paling baik adalah yang tidak menyimpan energi tetapi membakar energi yaitu jaringan lemak cokelat.

Sedangkan, jaringan lemak putih adalah jaringan lemak yang tidak baik karena hanya bisa menyimpan energi.

"Pada orang obesitas, komponen (jaringan) ini banyak yang putih," ujarnya.

Ilustrasi obesitasShuterstock Ilustrasi obesitas

Jika jaringan putih ini semakin banyak lagi, maka kinerjanya bukanlah menyimpan energi saja. Melainkan jaringan putih ini justru akan mengeluarkan bahan-bahan yang mengganggu kerja dari insulin.

Untuk diketahui, insulin adalah hormon yang dikeluarkan pankreas untuk menormalkan kadar gula darah.

"Karena jaringan lemak itu mengganggu proses itu (insulin menormalkan gula darah), insulin akan memicu gula ke sel. Ini fungsi insulin nggak bekerja dengan baik, dampaknya itu dikompensasi oleh tubuh," jelasnya.

2. Pankreas hasilkan insulin lebih banyak

Jadi pankreas akan menghasilkan insulin lebih banyak daripada biasanya pada orang gemuk, dan kemampuan menghasilkan insulin ini tidak bisa dipertahankan 10-15 tahun berikutnya.

Baca juga: Studi Covid-19: Virus Corona Lebih Rentan Infeksi Pria dan Obesitas

 

Alhasil, pankreas sudah berkurang secara kualitas dan kuantitasnya, kemampuan prankeas memproduksi insulin hanya sampai 400 persen saja, padahal kebutuhan tubuh adalah 500 persen.

"Jadi, makanya gula tinggi pada orang gemuk," tuturnya.

3. Tubuh produksi gula sendiri

Sebenarnya, kata dia, gula itu diatur normal oleh tubuh, tetapi kalau kadarnya ketinggian maka itu diatur oleh insulin.

Baca juga: Benarkah Kopi dan Teh Hijau Turunkan Risiko Kematian Penderita Diabetes?

 

Jadi, ketika kita tidak makan, tubuh bisa memproduksi gula dengan sendiri. 

Dalam kondisi berat tubuh normal, kemampuan inilah yang menjadikan kita saat mau tidur sekitar pukul 9-10 malam tidak merasakan kelaparan, karena tubuh mampu membentuk gula sendiri dengan berbagai macam hormon.

Begitu pun halnya pada orang yang gemuk atau dengan obesitas, dengan kemampuan yang sama hormon peningkat gula akan lebih tinggi lagi.

"Jadi produksi gula sendiri, padahal kadarnya udah tinggi melebihi produksi insulin, jadi membebani dan menjadikan diabetes," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com