KOMPAS.com - Hewan albino tergolong langka. Karena warna tubuhnya yang mencolok, hewan-hewan albino lebih mudah diburu oleh predator di alam liar.
Makhluk albino kehilangan pigmentasi sebagian atau seluruhnya, sehingga warna kulitnya lebih pucat dibandingkan dengan anggota spesies lainnya.
Lantas, apa sebenarnya albinisme?
Baca juga: Terungkap, Begini Wujud Panda Albino Pertama di Dunia
Dilansir National Geographic, 6 Maret 2019, albinisme pada mamalia terjadi ketika seekor hewan mewarisi satu atau lebih gen yang bermutasi dari kedua orangtuanya. Gen ini yang akhirnya mengganggu produksi melanin tubuh.
Melanin merupakan pigmen yang memberi warna pada kulit, bulu, dan mata.
Produksi melanin terjadi di dalam melanosit, sel khusus yang ada tetapi tidak berfungsi penuh pada mamalia albino.
Tak cuma mamalia yang bisa albino, hewan non-albino juga dapat mengalaminya.
Namun karena hewan non-mamalia dapat menghasilkan pigmen lain selain dari melanin, mereka mungkin tidak tampak putih sepenuhnya.
Bahkan mamalia albino dapat menunjukkan warna jika gen pembuat melaninnya belum rusak total.
Penting untuk diperhatikan bahwa tidak semua hewan berkulit putih adalah albino.
Beberapa hewan hanya berkulit terang, mereka mungkin menderita kondisi lain, seperti leucisme dan isabellinisme.
Baca juga: Terungkap, Begini Wujud Panda Albino Pertama di Dunia
Sebenarnya cukup mudah untuk untuk membedakan antara hewan albino dan hewan tanpa penyakit. Ini bisa dilihat dari matanya.
Pembuluh darah yang biasanya tertutup pigmen terlihat pada makhluk albino, membuat warna mata mereka menjadi merah muda.
Satwa liar albino mungkin menghadapi hambatan di alam. Mereka sering memiliki penglihatan yang buruk.
Hal ini yang membuat mereka dirugikan saat berburu makanan dan menghindari predator.