Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Pasien Covid-19 yang Sembuh Tetap Tak Bisa Mencium Bau

Kompas.com - 09/09/2020, 08:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Mengapa virus corona membuat penciuman hilang?

Alasan mengapa kita kehilangan kemampuan mencium ketika pilek atau flu adalah penyumbatan.

Dr Russell mengatakan untuk dapat mendeteksi bau, harus ada aliran udara yang melewati selaput lendir.

"Bila tersumbat, tidak akan ada molekul yang masuk ke dalam hidung," katanya.

"Selain itu, molekul tersebut juga harus larut dalam selaput lendir itu. Jadi, kalau dalam kondisi kering, proses ini juga tidak akan terjadi."

Namun, Profesor Roura mengatakan penciuman terkait Covid-19 tidak disebabkan penyumbatan.

"Covid-19, kelihatannya lebih parah. Virus tersebut melewati mukosa dan merambat ke neuron, yang membawa pesan penciuman ke otak," kata dia.

Virus corona dapat menyebabkan kematian neuron penciuman, mungkin secara tidak langsung, tapi melalui peradangan di sel sekitarnya.

"Itulah alasan mengapa lama sekali bagi beberapa orang untuk dapat mencium kembali, karena di dalam sana, virus ini telah mempengaruhi penerusan sinyal ke otak."

Salah satu peserta dalam penelitian Profesor Roura telah kehilangan indra penciumannya selama empat bulan.

Baca juga: Sulit Mencium Bau karena Covid-19, Terapi Ini Bisa Membantu Pemulihan

Berapa banyak pasien COVID-19 yang kehilangan penciuman?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkategorikan hilangnya kemampuan penciuman sebagai salah satu gejala yang dialami beberapa pasien Covid-19.

Namun Profesor Roura mengatakan, kebanyakan pasiennya masih tidak bisa mencium bau meski sudah sembuh.

"Kurang lebih ada 80 persen pasien yang kami identifikasi, kemampuan penciuman mereka hilang, dan selain itu, dampaknya besar sekali," ucap Profesor Roura.

Beberapa orang kehilangan kemampuan penciuman di masa awal tertular Covid-19. Bagi beberapa lainnya, gejala ini muncul setelah gejala lain hilang.

"Tentu saja ada variasi tentang bagaimana setiap orang merespons virus tersebut," kata dia.

"Namun kelihatannya ada mekanisme umum di mana virus ini dapat melawan sistem perlindungan diri dari selaput lendir dan masuk lebih dalam, sehingga mempengaruhi sistem saraf dan neuron. Inilah yang menyebabkan penyembuhan lebih lama."

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com