Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Lawan Polusi Udara Belum Berakhir, Ini Kondisi Terkininya

Kompas.com - 29/07/2020, 20:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perang terhadap pencemaran udara masih belum berakhir, meski di saat bersamaan, setiap negara sedang dihadapi oleh pandemi Covid-19.

Berdasarkan laporan tahunan 2020 mengenai Indeks Kehidupan Berdasarkan Kualitas Udara (Air Quality Life Index atau AQLI), ternyata partikulat polusi udara terus memangkas harapan hidup masyarakat dunia selama hampir dua tahun.

Untuk diketahui, AQLI atau indeks pencemaran udara yang menerjemahkan partikulat polusi udara menjadi metrik paling penting yang berpengaruh terhadap harapan hidup.

AQLI ini dikembangkan oleh Profesor Layanan Terkemuka Milton Friedman dari Universitas Chicago, Michael Greenstone beserta timnya di Institut Kebijakan Energi di Universitas Chicago (EPIC).

Baca juga: Polusi Udara Tahun 2020 Tewaskan Hampir 100.000 Orang di Dunia

Michael dalam keterangan tertulisnya mengungkapkan bahwa secara global kondisi partikulat polusi ini menjadi masalah penting selama dua dekade terakhir, dengan rata-rata global penurunan harapan hidup akibat polusi udara mencapai dua tahun.

Namun di lain sisi, ada juga negara yang sudah berhasil menurunkan pencemaran udara di negaranya dan meningkatkan harapan usia hidup manusia.

Berikut daftar wilayah dan pencapaiannya terhadap permasalahan polusi udara, dan angka harapan hidup manusia di dunia.

Wilayah Asia Selatan

Hampir seperempat populasi dunia saat ini tinggal di empat negara di Asia Selatan yang masuk dalam wilayah paling tercemar di dunia.

Keempat negara itu adalah Bangladesh, India, Nepal dan Pakistan.

Bahkan ironisnya, kenaikan pencemaran udara di empat negara itu mencapai 44 persen dalam dua dekade sebelumnya dan memotong angka harapan hidup atau usia hidup hingga rata-rata lima tahun.

Bangladesh juga menjadi negara yang tertinggi pencemaran udara di seluruh wilayah dan dinyatakan sebagai negara terpolusi di dunia.

Baca juga: Polusi Udara di Jakarta Nomor Dua di Dunia, Ahli Ingatkan Perlunya Penanganan Segera

Namun, polusi paling parah ditemukan di beberapan wilayah bagian di India terutama India Utara, termasuk kota-kota besar di Delhi dan Kolkata.

Seperempat populasi di India telah terpapar polusi yang tidak pernah terjadi di negara lain.

Sedangkan, untuk wilayah New Delhi jika pencemaran udaranya bisa diturunkan sesuai dengan standar WHO, maka warganya dapat memperpanjan usia hidupnya hingga sembilan tahun.

Hampir 250 juta penduduk di Uttar Pradesh (negara bagian di India) saat ini tengah kehilangan harapan hidup rata-rata delapan tahun dibandingkan jika mereka memenuhi standar kualitas udara dari WHO.

Untuk diketahui, standar kualitas yang harus dipenuhi sesuai pedoman WHO adalah dengan memerhatikan tingkat paparan yang aman, standar kualitas udara nasional, dan tingkat kualitas udara.

Ilustrasi polusiShutterstock Ilustrasi polusi

Wilayah Asia Tenggara

Tidak hanya kawasan Asia Selatan, negara yang berada di wilayah Asia Tenggara juga mengalami kenaikan pencemaran udara.

Dari laporan tahunan 2020 mengenai Indeks Kehidupan Berdasarkan Kualitas Udara (Air Quality Life Index atau AQLI), sumber pencemaran udara di Asia Tenggara umumnya adalah polusi tradisional seperti berikut.

- Kendaraan
- Pembangkit listrik
- Industri
- Kebakaran hutan serta lahan pertanian

Kondisi ini, kata Michael, yang akhirnya menghasilkan konsentrasi yang mematikan.

Baca juga: WHO: Polusi Udara Akut Tingkatkan Risiko Kematian Akibat Corona

Akibatnya, sebanyak 89 persen dari sekitar 650 juta warga di Asia Tenggara tinggal di wilayah dengan partikulat polusi melebihi aturan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Kota-kota metropolitan yang berkebang seperti Jakarta, Singapore, Ho Chi Minh dan Bangkok saat ini sedang menghadapi masalah terbesar dalam persoalan partikulat polusi udara ini.

China

Michael menyebutkan bahwa masih banyak negara yang belum begitu peduli ataupun belum berhasil menurunkan polusi udara di wilayahnya.

Namun ada pula negara yang sudah berjuang untuk melakukan dan menganggap perang terhadap polusi udara yang berdampak pada kesehatan dan usia hidup manusia.

"Namun kabar baiknya adalah sekarangada rekam jejak negara-negara yang memutuskan untuk mengambil tindakan dan berhasil menangani masalah pencemaran udara," kata Michael.

Baca juga: Benarkah New Normal Tingkatkan Polusi Udara Jakarta? Ini Kata BMKG

China sudah berupaya untuk melakukan berbagai cara untuk memerangi dan mengurangi polusi udara sejak tahun 2013 yang lalu. Bahkan, China berhasil mengurangi tiga perempat polusi udara di dunia.

Serta, China juga telah mengurangi pencemaran udara hingga 40 persen sejak lima tahun dan dapat menambah harapan hidup penduduknya hingga dua tahun lebih lama sebelum reformasi agresif mereka dan juga akan tetap bertahan jika pengurangan polusi dilakukan dengan berkelanjutan.

Amerika, Eropa dan Jepang

Disebutkan pula, negara Amerika Serika, Eropa dan Jepang telah mengalami keberhasilan dalam mengurangi polusi berkat kebijakan kuat yang datang dari seruan publik untuk perubahan.

Namun, diakui Micahel, bahwa kesuksesan mereka dikalahkan oleh cepatnya perubahan yang dilakukan China.

Sehingga, Amerika Serikat dan Eropa masih membutuhkan beberapa dekade dan resesi agar mencapai target pengurangan polusi yang sama seperti dicapai oleh China dalam waktu lima tahun.

Baca juga: Ahli: Polusi Udara di Rumah Bikin Lansia Rentan Terinfeksi Penyakit

Akan tetapi, target pengurangan polusi ini juga bisa dilakukan dengan terus meningkatkan perekonomian negara tersebut.

“Ketika negara-negara saat ini berusaha menyeimbangkan dua tujuan antara pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan, pelajaran sejarah dari seluruh dunia menggarisbawahi bahwa kebijakan baik yang dibuat suatu negara dapat mengurangi masalah polusi udara dalam berbagai konteks politik,” kata Michael.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com