Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polusi Udara Tahun 2020 Tewaskan Hampir 100.000 Orang di Dunia

Kompas.com - 14/07/2020, 08:04 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Awal tahun ini, publik disuguhi gambar-gambar udara bersih dan langit yang cerah akibat lockdown pandemi corona.

Namun nyatanya, sejak awal tahun 2020 polusi udara masih bertanggung jawab atas kematian prematur sekitar 98.000 orang di dunia.

Sementara potensi kerugian ekonomi diperkirakan mencapai 56,5 miliar dollar AS, demikian menurut perangkat penghitungan udara bersih yang diluncurkan oleh gabungan aktivis lingkungan pada hari Kamis (9/7/2020).

Baca juga: Polusi Udara di Jakarta Nomor Dua di Dunia, Ahli Ingatkan Perlunya Penanganan Segera

Perangkat yang dapat melakukan kalkulasi polusi udara secara online ini diluncurkan oleh Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA) yang berbasis di Helsinki, Finlandia, bersama Greenpeace Asia Tenggara dan IQAir Air Visual.

Alat ini mengukur kabut asap di 28 kota besar di seluruh dunia dan menggunakan model yang dirancang oleh program penelitian Global Burden of Disease untuk memperkirakan dampak polusi udara terhadap kesehatan manusia.

Tingginya tingkat polusi udara berkorelasi dengan berbagai penyakit, seperti gangguan paru kronis, penyakit jantung, stroke, dan kanker paru-paru yang juga berimbas pada produktivitas ekonomi.

Potensi kerugian ekonomi akibat polusi udara dihitung dengan memperkirakan faktor-faktor seperti absen kerja dan kehilangan tahun-tahun produktif karena sakit.

Kota-kota dengan penduduk padat seperti Tokyo, New Delhi, dan Shanghai pun tercatat mengalami kerugian besar.

Menurut perangkat hitung tersebut, sejak 1 Januari 2020, ada sekitar 29.000 kematian prematur di Tokyo, Jepang, yang berpenduduk sekitar 37 juta jiwa.

Sementara di New Delhi, India, yang berpenduduk sekitar 30 juta, diestimasikan terdapat 24.000 kematian prematur. Adapun kota Shanghai di China mencatat sekitar 27.000 kematian prematur.

Bagaimana dengan Indonesia?

Sementara itu, menurut data Greenpeace yang diterima DW Indonesia, Kamis (9/7/2020), angka kematian dini akibat polusi udara di Indonesia sejak 1 Januari 2020 diperkirakan mencapai lebih dari 9.000 jiwa.

Kematian dini di Jakarta diperkirakan mencapai 6.100 jiwa, di Surabaya mencapai 1.700 jiwa, di Denpasar sebanyak 410 jiwa, dan di Bandung sebanyak 1.400 jiwa.

Akun tiktok @ianhugen mengunggah video yang membandingkan wajah Jakarta saat diterapkan PSBB dengan hari pertama new normal (15/6/2020).Tangkapan layar TikTok/Ianhugen Akun tiktok @ianhugen mengunggah video yang membandingkan wajah Jakarta saat diterapkan PSBB dengan hari pertama new normal (15/6/2020).

Kerugian ekonomi akibat buruknya kualitas udara di Indonesia juga diperkirakan mencapai puluhan triliun rupiah.

Greenpeace mencatat total potensi kerugian ekonomi yang dialami oleh empat kota besar di Indonesia, salah satunya yaitu Jakarta yang mencapai Rp 23 triliun atau sekitar 26 persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Sementara itu, potensi kerugian ekonomi akibat buruknya kualitas udara di Bandung diperkirakan mencapai Rp 5,34 triliun, di Surabaya mencapai Rp 6,35 triliun, dan sebesar Rp 1,44 triliun di Denpasar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com