Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Penularan Covid-19, Jangan Ngomong di Dalam Lift?

Kompas.com - 30/06/2020, 16:00 WIB
Yohana Artha Uly,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bagi orang-orang yang hidup di perkotaan besar, saat kembali beraktivitas di tengah pandemi Covid-19, maka akan sering bersinggungan dengan lift setiap harinya. Sayangnya, lift bisa menjadi hot spot penyebaran Covid-19.

Penyebaran virus corona terjadi ketika orang yang terinfeksi mengeluarkan tetesan cairan (droplet) saat dirinya batuk, bersin, atau berbicara.

Bisa menularkan secara langsung ke orang lain, atau meninggalkan droplet di permukaan benda sekitar.

Virus ini juga dapat menyebar melalui partikel-partikel kecil yang disebut aerosol, dikeluarkan ketika orang bernapas, berbicara, atau bernyanyi.

Baca juga: Mengapa Kita Perlu Melindungi Mata dari Penularan Virus Corona? Ahli Jelaskan

Beberapa kasus 'superspreading' menunjukkan ruangan tertutup yang padat dengan ventilasi yang buruk membuat risiko besar untuk penularan penyakit. Superspreading merupakan kejadian saat satu orang menyebarkan virus ke banyak orang.

Panduan penggunaan lift untuk cegah penularan

Salah satu ruang tertutup adalah lift dan tempat ini tertutup kotak logam dengan tombol yang sering disentuh oleh banyak orang, membawa risiko yang sama untuk penyebaran.

Ilustrasi corona virus (Covid-19)shutterstock Ilustrasi corona virus (Covid-19)

Baca juga: Ilmuwan Kembangkan Terapi Antibodi Monoklonal Obati Covid-19, Apa itu?

Melansir Live Science, Selasa (30/6/2020), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat bahkan berencana untuk mengeluarkan panduan resmi tentang cara naik lift dengan aman di tengah pandemi Covid-19.

Langkah-langkah yang direkomendasikan akan mencakup keharusan semua orang yang naik lift memakai masker, membatasi jumlah pengguna, menandai jalur di lantai untuk mengarahkan orang masuk dan keluar.

Termasuk memasang tanda untuk mengingatkan orang bahwa jangan ngomong atau berbicara selama berada di lift, kecuali sangat terpaksa.

Ilustrasi penyebaran Covid-19Shutterstock Ilustrasi penyebaran Covid-19

"Mereka harus memberi tanda besar pada lift 'Jangan Bicara'," ujar Richard Corsi, dekan teknik dan ilmu komputer di Portland State University, yang juga seorang spesialis dalam kualitas udara dalam ruangan.

Pada bulan April 2020, Corsi mengembangkan model komputer untuk mensimulasikan bagaimana orang yang terinfeksi dapat mengkontaminasi lift selama perjalanan naik turun dari 10 lantai.

Dengan memperhitungkan kecepatan lift standar, sistem ventilasi, dan waktu penutupan pintu lift, pemodelan Corsi mensimulasikan berapa banyak virus yang akan dikeluarkan orang terinfeksi, saat maskernya terbuka kemudian batuk, atau saat berbicara di telepon selama perjalanan lift.

Baca juga: Risma Bersujud karena RS Penuh, Meratakan Kurva Covid-19 Mungkinkah Dilakukan?

Hasilnya, sekali batuk orang tersebut dapat mengeluarkan ribuan hingga ratusan ribu partikel virus, yang sebagian jatuh ke bawah, menempel di sisi lift, dan melayang di udara.

Sementara sambil berbicara di telepon akan mengeluarkan sekitar seperlimapuluh jumlah partikel virus per detik dibandingkan dengan batuk ringan. Meskipun jumlah ini bisa sangat bervariasi di kehidupan nyata.

Setelah lift terkontaminasi, ketika orang yang terinfeksi keluar, dalam proses buka-tutup pintu lift maka udara dalam lift akan berputar dan bercampur dengan udara di luar, mengencerkan udara dalam lift.

Pemodelan juga memperkirakan ketika pengguna lift kedua masuk, ia akan terpapar sekitar 25 persen dari partikel virus yang telah dikeluarkan oleh orang terinfeksi yang sebelumnya menggunakan lift.

Baca juga: PBB: Dunia Terancam Bencana Kelaparan Akibat Pandemi Covid-19

Persentase ini akan bervariasi tergantung pada jenis lift dan tekanan udara di dalam bangunan.

Partikel virus yang dapat menginfeksi

Meski demikian, Corsi menekankan partikel virus yang tersisa bisa jadi tidak cukup banyak untuk benar-benar menginfeksi pengguna lift selanjutnya.

Sebab, para ilmuwan belum menentukan berapa banyak partikel virus yang harus dihirup seseorang untuk bisa terinfeksi.

Kemungkinan seseorang dapat tertular Covid-19 dari sisa virus yang mengambang di lift, tidak dapat dihitung secara tepat.

 

"Maksud utama pemodelan ini hanya untuk menunjukkan virus dapat bertahan di udara ketika dikeluarkan orang yang terinfeksi saat menggunakan lift. Tapi saya tidak tahu apakah dosis virus yang tertinggal dalam lift akan cukup tinggi untuk menimbulkan risiko (infeksi Covid-19) yang signifikan," jelas Corsi.

Rrisiko menggunakan lift setelah orang yang terinfeksi keluar memang masih belum jelas.

Meski demikian, menggunakan lift bersamaan dengan orang yang terinfeksi jelas memiliki risiko penularan yang signifikan.

Baca juga: Infeksi Covid-19 di Indonesia Lampaui 54.000 Kasus, Apa Saja Obatnya?

Umumnya standar lift berukuran 130x173 cm, menurut Stanley Elevator Company. Dimensi ini memang membuat kegiatan menjaga jarak menjadi sangat sulit, tapi usahakanlah untuk bisa berdiri sejauh mungkin satu sama lain.

"Berdiri sejauh yang Anda bisa secara diagonal di dalam lift adalah hal baik (menghindari penularan Covid-19), dan jangan bicara," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com