Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Sesar Aktif Gempa Bumi di Aceh, Begini Analisis BMKG

Kompas.com - 06/06/2020, 19:32 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Gempa bumi yang terjadi di Aceh dan Sabang pada Kamis (4/6/2020) lalu terjadi akibat aktivitas seismisitas yang aktif dari Sesar Aceh.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa bumi yang terjadi dengan kekuatan M 4,9 dan hingga Sabtu (6/6/2020) telah terjadi sebanyak 23 kali gempa susulan.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan selama bulan Mei 2020 di wilayah Banda Aceh dan sekitarnya sudah tampak menunjukkan adanya kluster peningkatan aktivitas seismisitas yang aktif.

"Daratan Aceh merupakan salah satu kawasan aktif gempa di Indonesia," kata Daryono dalam rilisnya.

Baca juga: Hingga Sabtu, BMKG Catat Ada 23 Gempa Bumi Susulan di Aceh

Bahkan, lokasi Kota Banda Aceh diapit dua segmen sesar aktif, yakni Segmen Aceh dan Segmen Seulimeum. Di mana, kedua segmen sesar aktif ini, ke arah selatan saling bertemu dan membentuk Segmen Tripa.

Segmen Aceh perlu diwaspadai

Daryono menjelaskan sejarah kegempaan di Indonesia menunjukkan Segmen Tripa pernah memicu gempa merusak dengan kekuatan magnitudo (M) 7,3 pada 23 Agustus 1936 dan menelan korban jiwa.

Ilustrasi Gempa BumiKOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN Ilustrasi Gempa Bumi

Baca juga: Gempa Hari Ini: M 5,0 Guncang Maluku Utara, Tak Berpotensi Tsunami

Belum lama ini, Segmen Tripa juga memicu gempa berkekuatan M 5,1 pada 8 Februari 2018 lalu yang merusak sejumlah rumah di Geumpang, Pidie.

Sedangkan pada Segmen Seulimeum, kata Daryono, juga pernah memicu gempa bumi yang merusak pada 2 April 1964 dengan kekuatan M 6,5.

"Dari ketiga segmen sesar di Aceh tersebut, hanya Segmen Aceh saja yang belum memiliki catatan sejarah gempa kuat," imbuh Daryono.

Ilustrasi gempa bumiShutterstock Ilustrasi gempa bumi

Segmen Aceh adalah segmen sesar aktif yang melintas di sebelah barat Kota Banda Aceh, berarah tenggara-barat laut. Segmen sesar ini memiliki laju pergeseran 2 milimeter per tahun dengan magnitudo tertarget M 7,2.

Daryono mengungkapkan selama ini di sepanjang Segmen Aceh sepi dari aktivitas gempa signifikan. Kondisi semacam ini dapat disebut sebagai zona kekosongan gempa atau “seismic gap”.

Kekosongan gempa bumi ini diduga karena masih dalam proses akumulasi medan tegangan (stress) di sepanjang jalur sesar.

"Sementara, aktivitas gempa pada Kamis pagi lalu kekuatan M 4,9 masih jauh dari magnitudo tertargetnya. Untuk itu Segmen Aceh menjadi salah satu segmen sesar aktif yang patut diwaspadai," jelas Daryono.

Baca juga: Gempa Hari Ini: Gempa Dangkal M 4,9 Guncang Enggano Bengkulu

Mitigasi gempa bumi ke depan

Lebih lanjut Daryono menjelaskan informasi ini sekadar pengingat bahwa potensi gempa itu ada dan harus direspon dengan mitigasi untuk meminimalisir risiko jika terjadi gempa bumi.

Salah satu upaya nyata dalam mewaspadai terjadinya gempa kuat adalah dengan melakukan upaya sosialisasi yang berkelanjutan kepada masyarakat.

"Namun demikian upaya mitigasi bahaya gempa bumi yang paling utama sebenarnya adalah mitigasi struktural dengan cara membangun bangunan tahan gempa," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com