Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Tubuh Manusia: Kenapa Mengiris Bawang Bikin Menangis?

Kompas.com - 04/05/2020, 17:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Bagi banyak orang, memotong bawang merah mungkin adalah aktivitas paling menyebalkan. Entah bagaimana, mata selalu pedih sampai mengeluarkan air mata saat mengiris bawang merah.

Pernahkah Anda bertanya apa yang menyebabkan kita menangis saat mengiris bawang?

Tentu saja, ini bukan karena kita merasa sedih saat mengiris bawang. Namun, ini reaksi yang normal dari senyawa kimia yang terkandung dalam bawang.

Ketika bawang merah dipotong, dia melepaskan zat kimia yang disebut faktor lachrymatory atau LF yang dapat mengiritasi mata.

Baca juga: Misteri Tubuh Manusia: Kenapa Menelan Ludah Tak Bisa Hilangkan Haus?

Saat bawang dikupas, kita tidak akan merasakan sensasi pedih. Hal ini baru terjadi jika bawang dikupas.

Ketika bawang merah diiris atau dihancurkan, sel-sel LF di dalam bawang pecah dan zat yang terpisah itu mengeluarkan gas untuk menciptakan senjata kimia yang kuat.

"Zat LF dalam bawang berubah menjadi gas. Saat gas itu mengenai mata dan kemudian mengenai saraf sensorik di mata, maka ini akan mengiritasi mata. Kita merasakan sensasi pedih dan akhirnya menangis," kata Josie Silvaroli dilansir New York Times edisi 5 September 2017.

Dalam sebuah makalah yang terbit di jurnal ACS Chemical Biology edisi Juli 2017, potongan-potongan bawang merah secara struktural menciptakan sesuatu yang mirip dengan gas air mata.

Faktor lachrymatory merupakan mekanisme pertahanan yang melindungi bawang merah terhadap mikroba dan makhluk hidup, termasuk manusia.

Dengan merusak atau memotong bawang merah, pada dasarnya kita sedang meningkatkan perlindungan bawang. Saat sel-sel pecah, reaksi kimia tidak terbuka.

Di dalam sel utuh bawang merah, molekul yang disebut prekursor asam sulfat mengambang di sitoplasma- kantung kecil yang disebut vakuola, mengandung protein yang disebut alliinase, yang seperti sersan bor kecil dari proses tersebut.

"Jika Anda merusak sel itu, mereka dapat bertemu dan membuat reaksi yang bikin mata pedih," kata Marcin Golczak, seorang ahli biokimia di Case Western Reserve dan peneliti utama studi terbaru.

Molekul dan protein memiliki kecocokan sempurna, struktur kimia molekul berubah, dan pelampung sitoplasma menjadi prajurit yang dipersenjatai dengan gas air mata.

Hanya ada dua tanaman lain yang mengandung LF, yakni gulma guinea (Petriveria alliacea) dan bawang putih madu Sisilia (Allium siculum). Namun, kedua tanaman ini sulit dijumpai.

Namun kenapa saat memotong bawang merah sensasi pedihnya ada yang bisa ditoleransi dan tidak?

Menurut Golczak, hal ini tergantung pada kesegaran bawang merah, jumlah LF yang dihasilkan, dan mutasi yang akan mengubah aktivitas LF.

Peneliti dari Jepang pernah merekayasa bawang merah yang tidak menyebabkan menangis saat memotongnya.

"Namun, bawang rekayasa itu tidak memiliki rasa khas. Rasanya sangat berbeda," ujar Golczak.

Baca juga: Misteri Tubuh Manusia: Cara Sistem Pernapasan Lindungi Paru-paru dari Virus

Agar tidak menangis saat memotong bawang

Ada beberapa trik yang bisa dilakukan sebelum memotong bawang merah.

Pertama, simpan bawang merah di dalam lemari es atau rendam dalam air sebelum mencincangnya.

Dengan mengurangi suhu bawang, kita akan memperlambat reaksi dan membuat kandungan LF lebih sedikit.

Saat berada di dalam air, gas LF akan encer dan menjadi kurang kuat.

Namun, proses ini akan mengubah rasa bawang. Ini mirip yang terjadi dengan tomat dingin.

Demi masakan dengan rasa bawang yang kuat, sepertinya tak apa menangis sebentar ketika memasak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com