Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Matahari Lebih Pasif Dibanding Bintang Serupa, Kabar Baik untuk Kita

Kompas.com - 04/05/2020, 11:04 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Matahari jauh lebih pasif dibanding bintang lain yang mirip satelit kita, dalam hal variasi kecerahan yang disebabkan oleh bintik matahari dan fenomena lainnya. Menurut para ilmuwan, ini merupakan kabar baik bagi penduduk Bumi.

Pada Kamis (30/4/2020), para ahli mengatakan bahwa pemeriksaan terhadap 369 bintang yang memiliki suhu permukaan, ukuran, dan periode rotasi mirip dengan matahari menunjukkan bahwa rata-rata bintang lima kali lebih aktif dan lebih cerah dibanding Matahari.

"Perbedaan ini disebabkan oleh bintik-bintik hitam pada permukaan bintang yang berputar masuk dan keluar dari pandangan," kata astronom Timo Reinhold dari Institut Max Planck untuk Penelitian Sistem Tata Surya di Jerman.

"Ukuran langsung dari aktivitas matahari adalah jumlah bintik (hitam) Matahari di permukaan," jelas Reinhold yang juga menjadi penulis utama dalam studi yang terbit di jurnal Science.

Baca juga: Rahasia Alam Semesta: Benarkah Matahari Objek Terbesar di Jagad Raya?

Semburan matahari berukuran sedang (M2) dan pengusiran massa koronal (CME) meletus dari wilayah aktif Matahari yang sama pada tanggal 14 Juli 2017. NASA/GSFC/Solar Dynamics Observatory/Handout via REUTERS Semburan matahari berukuran sedang (M2) dan pengusiran massa koronal (CME) meletus dari wilayah aktif Matahari yang sama pada tanggal 14 Juli 2017.

Matahari pada dasarnya merupakan bola panas yang mengandung hidrogen dan helium. Bintang di pusat tata surya ini terbentuk lebih dari 4,5 miliar tahun lalu.

Diameter matahari sekitar 1,4 juta kilometer. Temperatur permukaannya sekitar 5.500 derajat Celsius.

Reinhold menjelaskan, suhu dan periode rotasi merupakan bahan utama "dinamo" di dalam bintang yang menghasilkan medan magnet.

Hal inilah yang menyebabkan jumlah dan ukuran bintik-bintik pada bintang bervariasi.

"Menemukan bintang dengan parameter yang sangat mirip dengan matahari tetap menjadi variabel lima kali lebih mengejutkan," kata Reinhold dilansir Reuters, Jumat (1/5/2020).

Aktivitas magnetik yang meningkat terkait dengan bintik matahari dapat berdampak pada semburan cahaya matahari, ejeksi massa koronal - pengeluaran plasma dan medan magnet dari bagian terluar atmosfer matahari dalam jumlah besar -, dan fenomena elektromagnetik lain yang dapat memengaruh Bumi.

Misalnya mengganggu satelit dan komunikasi, serta membahayakan astronot.

"Matahari yang jauh lebih aktif akan memengaruhi Bumi dalam skala waktu geologis - paleoklimatologi. Bintang yang terlalu aktif akan secara definitif mengubah kondisi kehidupan di Bumi. Jadi hidup bersama bintang yang cukup membosankan (tidak aktif) bukanlah hal buruk," jelas Reinhold.

Para peneliti membandingkan data bintang-bintang yang mirip dengan catatan sejarah aktivitas matahari.

Perbandingan kecerahan Matahari dengan bintang mirip Matahari KIC 7849521. Gambar dirilis di Gottingen, Jerman pada 30 April 2020.
MPS/hormesdesign.de/Handout via REUTERS Perbandingan kecerahan Matahari dengan bintang mirip Matahari KIC 7849521. Gambar dirilis di Gottingen, Jerman pada 30 April 2020.

Baca juga: Benang Plasma di Atmosfer Matahari Tertangkap Teleskop Ini

Catatan-catatan ini mencakup sekitar 400 tahun data pengamatan tentang bintik matahari dan sekitar 9.000 tahun data berdasarkan varian unsur kimia dalam cincin pohon dan inti es yang disebabkan oleh aktivitas matahari.

Catatan-catatan ini menunjukkan bahwa matahari tidak jauh lebih aktif daripada sekarang.

Temuan itu, kata Reinhold, tidak mengesampingkan bahwa matahari mungkin dalam fase tenang dan mungkin menjadi lebih bervariasi di masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com