Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/04/2020, 10:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Wabah pandemi Covid-19 yang berkaitan erat dengan kesehatan manusia, membuat ragamnya informasi palsu tentang obat herbal yang disebutkan dapat mengobati atau mencegah virus corona, SARS-CoV-2 ini.

Sebelumnya telah banyak ragam hoaks tentang informasi obat herbal yang diisukan dapat mencegah tertular virus corona, mengobati pasien dari virus, dan juga meningkatkan imunitas tubuh manusia.

Salah satunya adalah konsumsi 10 siung bawang putih untuk membunuh virus corona. Jelas ini adalah informasi palsu alias hoaks.

Isu hoaks terbaru adalah mengkonsumsi teh panas yang dicampur dengan perasan lemon, disebutkan dapat membunuh virus corona, dan sudah dilakukan di Palestina hingga tidak ada yang meninggal dunia akibat virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Baca juga: Ahli Peringatkan Teori Konspirasi Medis Bisa Perburuk Pandemi Corona

Padahal, faktanya isu tersebut adalah hoaks alias informasi palsu dan data per tanggal (21/4/2020) tercatat di Negara Palestina terdapat 449 kasus pasien terinfeksi Covid-19 dan ada 3 orang yang meninggal dunia.

Lantas bagaimana kita harus menyikapi informasi-informasi soal obat herbal yang dikaitkan dengan pencegahan atau penyembuhan virus corona ini?

Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), DR dr Inggrid Tania MSI, membenarkan, informasi menyimpang atau palsu terkait apapun pasti akan terus ada.

"Info-info menyimpang atau hoaks soal apapun pasti akan tetap ada pada waktu-waktu berikutnya, termasuk tentang herbal," kata Inggrid kepada Kompas.com, Selasa (21/4/2020).

Baca juga: Ilmuwan China: Kemampuan Agresif Mutasi Virus Corona Masih Diremehkan

Setelah isu sebelumnya disebutkan adalah hoaks, tetapi isu lain tentang obat herbal penangkal dan penyembuh Covid-19 ini sangat mungkin saja untuk muncul lagi.

Para ahli selalu mengingatkan masyarakat sebagai pembaca harus benar-benar teliti terhadap informasi apapun yang didapatkan.

Mengenai tanaman atau suatu obat yang disebut-sebut sebagai penangkal ataupun penyembuh dari suatu penyakit, yang paling benar adalah yang sudah terbukti secara ilmiah.

Tanaman herbal atau obat tradisional, maupun obat modern sekalipun, perlu dibuktikan secara ilmiah untuk memastikan obat ini dapat digunakan sebagai penyembuhan dan pencegahan penyakit tertentu, seperti Covid-19 yang saat ini mewabah.

Ilustrasi bawang putih yang diklaim menjadi obat herbal untuk corona. SHUTTERSTOCK Ilustrasi bawang putih yang diklaim menjadi obat herbal untuk corona.

Inggrid menjelaskan masyarakat juga harus menggunakan logika atau akal sehatnya dalam menyerap segala jenis informasi yang diperoleh.

"Saya hanya bisa berpesan kepada masyarakat, jika menerima informasi tanpa disertai sumber yang jelas, gunakan akan sehat. Jangan dipercaya dulu apalagi disebarkan, segera konfirmasi kepada yang ahli," tegas Inggrid.

Diakui Inggrid, memang saat ini kita belum memliki website atau laman resmi khsusus untuk mengklarifikasi hoaks tentang obat herbal.

Baca juga: Dari Senjata Biologis hingga 5G, Ini Teori Konspirasi Sesat tentang Corona

"Sementara ini, kita masih bergantung pada website klarifikasi hoaks-nya Kementerian Komunikasi dan Informasi atau website seperti turn back hoax," ujar dia,

Adapun, masyarakat yang tidak memiliki akses ke data Kemenkominfo atau website turn back hoax, atau para ahli yang bisa dipercaya dan dipertanyakan tentang isu yang didapatkan.

Sebaiknya bisa membuka laman media massa resmi yang sudah terbukti kredibilitas dan memang dapat dipercaya konten beritanya, seperti informasi tentang virus corona. Serta, sanggahan di dalam artikel atau berita yang memang perkataan ahli di bidangnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com