Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bank Ikan" Jaga Laut Wakatobi hingga Dapat Penghargaan dari New York

Kompas.com - 30/03/2020, 10:00 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Untuk menjaga kelestarian ekosistem alam berkelanjutan, masyarakat Desa Kulati, Kecamatan Tomia Timur, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara menciptakan bank ikan.

Dahulu, para nelayan melakukan pengeboman di laut demi memperoleh banyak ikan dengan cara mudah.

Namun, cara yang dilakukan banyak nelayan ini justru merusak ekosistem laut. Terumbu karang yang menjadi rumah bagi makhluk laut, terutama ikan, ikut hancur dan rusak.

Persoalan ini juga dihadapi masyarakat Desa Kulati. Mereka bahkan menghadapi krisis ketersediaan ikan pada periode tahun 1999 hingga 2006.

Tak ingin berlarut dan terpuruk dalam kondisi itu, seorang anggota Komunitas Nelayan Tomia (Komunto) bernama La Asiru awalnya membuat sistem zonasi untuk mengembalikan kekayaan lautnya.

Baca juga: Sepenggal Cerita Penjaga Alam Wakatobi, Kakek La Asiru Ciptakan Bank Ikan

Sistem zonasi ini dibuat dengan tujuan untuk menjaga kelestarian dan potensi ikan di Tomia kembali berlimpah.

Sistem zonasi yang dimaksud adalah melarang nelayan untuk menangkap ikan di beberapa wilayah yang telah ditentukan, dalam satu musim.

Namun, hal ini justru membuat sebagian masyarakat merasa kehilangan mata pencarian dan menganggap sistem zonasi itu membatasi mereka untuk bernelayan.

"(Sistem) Zonasi itu belum pernah membunuh orang, zonasi itu bukan membatasi, tapi dijadikan pasokan pangan di musim (angin) timur," kata La Asiru yang akrab disapa Bapak Tua itu.

Sementara, di musim peralihan ataupun musim angin barat, masyarakat yang ingin menangkap ikan harus mencari zona atau wilayah lainnya di lautan.

Lantas kenapa beralih ke Bank Ikan?

Dengan kondisi keresahan masyarakat tersebutlah, Bapak Tua, kakek berusia 81 tahun itu bersama masyarakat lainnya melakukan musyawarah kembali dan merubahnya menjadi Bank Ikan.

"Penjelasan (zonasi) itu tidak mempan. Jadi diubah namanya, jadi Bank Ikan," kata dia.

La Asiru (81) (sebelah kiri) didampingi istri merupakan salah seorang pencetus berdirinya Bank Ikan Desa Kulati. (ANTARA/Muhammad Zulfikar)antaranews La Asiru (81) (sebelah kiri) didampingi istri merupakan salah seorang pencetus berdirinya Bank Ikan Desa Kulati. (ANTARA/Muhammad Zulfikar)

Bank Ikan juga dimaksudkan untuk menyebutkan kawasan atau titik wilayah penangkapan ikan yang dilindungi areanya dan dilarang orang mengambil ikan di kawasan itu sampai musim arah angin berganti.

Pelarangan bagi seluruh warga mengambil ikan di Bank Ikan tersebut berlaku pada periode musim angin barat dan peralihan. Pada periode kedua musim ini, dianggap masih banyak tempat atau titik penangkapan ikan lainnya di lautan mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com