Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Setelah 1 Dekade, Pertemuan Konvensi Minamata untuk Merkuri Kembali Digelar

KOMPAS.com - Merkuri merupakan bahan kimia yang sudah digunakan sejak lama untuk berbagai kepentingan, mulai dari keperluan tambang sampai produk kosmetik.

Sayangnya, merkuri memiliki sifat toksik yang berbahaya bagi manusia. Salah satu fenomena keracunan merkuri pernah di wilayah dekat teluk Minamata, Jepang, pada tahun 1953--1960.

Dalam rangka pencegahan kasus serupa terjadi, Badan PBB untuk Lingkungan (UNEP) mengadakan Konvensi Minamata untuk Merkuri pada 10 Oktober 2013 lalu.

Konvensi Minamata dan kesepakatan global menangani merkuri

Dikutip dari laman resmi Badan PBB untuk Lingkungan (UNEP), Rabu (6/10/2023), konvensi ini membahas peraturan global untuk pencegahan penggunaan merkuri pada setiap produk, dan pembatasan penambangan merkuri sebagai langkah penghentian emisi merkuri ke lingkungan.

Sekretaris eksekutif dari Sekretariat Konvensi Minamata, Monika Stankiewicz, menyebutkan bahwa konvensi ini merupakan kesepakatan global yang signifikan untuk masyarakat global dan bumi.

"Merkuri bukan sesuatu yang esensial. Seiring kita berusaha terus untuk membuat merkuri tinggal jadi sejarah (tidak digunakan lagi), saya berharap semakin banyak negara yang bergabung dalam Konvensi Minamata." Lanjutnya seperti disiarkan pada laman resmi UNEP tersebut.

Pertemuan kelima kembali digelar setelah 1 dekade

Dilansir dari laman resmi Minamata Convention, Rabu (11/10/2023), konferensi para pihak anggota pada tahun ini merupakan konferensi kelima setelah konvensi dibentuk pada tahum 2013 silam.

Konferensi tersebut akan diadakan pada Senin, 30 Oktober sampai Jumat, 3 November 2023 di Pusat Konferensi Internasional (CICG), Jenewa, Swiss.

Delegasi yang akan hadir mewakili 147 negara dan meliputi berbagai unsur, mulai dari NGO hingga pemerintah setiap negara.

Topik bahasan pertemuan kelima

Topik yang akan dibahas dalam agenda pertemuan ini meliputi

  • Tanggal penghentian penggunaan produk yang mengandung merkuri dan sediaan alternatif non-merkuri untuk industri.

  • Regulasi dan dampak lingkungan dari merkuri pada penambangan emas masyarakat dan skala kecil (PESK)

  • Kesimpulan dari tinjauan terhadap mekanisme keuangan Konvensi Minamata.

  • Laporan lengkap dari setiap negara mengenai langkah-langkah yang diambil untuk menerapkan Konvensi di tingkat nasional

  • Bahasan terkait emisi dan limbah merkuri ke tanah dan air. 

  • Manajemen gender dan pengetahuan pada implementasi kesepakatan konvensi. 
  • Peran Konvensi Minamata dalam agenda lingkungan global terkait adopsi Kerangka Kerja Global Bahan Kimia.

Selain itu, dalam pertemuan ini juga diadakan beberapa aktivitas menarik, seperti seminar tentang merkuri dalam kosmetik, laboratorium pengetahuan untuk diskusi, pemutaran film, dan pameran foto #MakeMercuryHistory. 

Kilas balik malapetaka Minamata

Komyo Eto, direktur riset di National Institute for Minamata Disease Jepang, dalam jurnal Neuropathology (2010) menjelaskan bahwa penyakit yang dialami oleh sebagian besar warga di Minamata sejak tahun 1953-1960 tersebut diakibatkan oleh keracunan metilmerkuri. 

Orang-orang mengalami keracunan akibat mengonsumsi ikan dan panganan laut yang sudah mengandung metilmerkuri karena terpapar limbah merkuri industri.

Mayoritas orang yang keracunan pada malapetaka minamata mengalami kerusakan saraf yang berakibat pada cacat otak.

Sementara itu, kerusakan pada jaringan lain terjadi lebih sedikit, namun meliputi peradangan yang erosif pada saluran cerna, hipoplasia pada sumsum tulang, atrofi pada kelenjar getah bening, degenerasi lemal pada hati dan ginjal, dan perubahan sel-sel tertentu di pankreas. 

https://www.kompas.com/sains/read/2023/10/14/123300823/setelah-1-dekade-pertemuan-konvensi-minamata-untuk-merkuri-kembali-digelar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke