Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Itu PM2,5 yang Selalu Dikaitkan dengan Polusi Udara?

KOMPAS.com - Fenomena polusi udara yang sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir cukup menjadi perhatian masyarakat dari berbagai kalangan.

Bahaya polusi udara dapat memengaruhi kesehatan masyarakat, yang mana kandungan yang berbahaya itu salah satunya adalah PM2,5, partikulat yang terkandung dalam udara yang tercemar.

PM2,5 sering disebut-sebut sebagai salah satu penyebab gangguan masalah kesehatan akibat polusi udara.

Pemerintah juga menerbitkan berbagai regulasi dan layanan informasi terkait polusi udara di Indonesia, di antaranya laporan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia dan laporan kualitas udara dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang dirilis sejak pada tahun 2020.

Laporan ini mencakup informasi dan analisis polutan, termasuk parameter kritis polusi, yakni polutan utama atau terbanyak di suatu wilayah dalam rentang waktu tertentu.

Selama 1 bulan terakhir, data ISPU menunjukkan PM2,5 sering menjadi parameter kritis di antara polutan-polutan lain seperti partikulat 10 mikron (PM10), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), dan ozon (O3) pada sebagian besar wilayah di Jakarta.

Lantas, apa itu PM2,5 dan bagaimana ini berbahaya bagi kesehatan manusia?

Kandungan partikulat PM2,5

Prakash Thangavel dan dua ilmuwan lain dalam International Journal of Environmental Research and Public Health pada tahun 2022 menjelaskan, PM adalah abreviasi dari particulate matter atau materi partikulat.

Partikulat ini adalah partikel padatan dan cair yang terlepas ke udara.

Sedangkan PM2,5 didefinisikan sebagai partikulat yang memiliki diameter partikel lebih kecil dari 2,5 mikrometer atau 0,00025 Cm.

PM2,5 terdiri atas berbagai partikel unsur dan zat, di antaranya ialah mineral seperti kalium (K), natrium (Na), aluminium (Al), selenium (Se), kobalt (Co), arsen (As), silikon (Si), kalsium (Ca), seng (Zn), timbal (Pb), sulfat (SO4), mangan (Mn), besi (Fe), karbon organik, amonium (NH4), dan senyawa organik volatil (VOC) seperti formalin dan benzena.

Dilansir dari United States Environmental Protection Agency (US EPA), Selasa, (11/7/2023), ukuran PM2,5 berkisar 30 kali lebih kecil dari sehelai rambut manusia.


Oleh karena itu, partikulat PM2,5 tidak kasat mata, sangat mudah terhirup oleh manusia dan dapat dengan mudah terbawa angin lebih jauh dari lokasi sumbernya.

PM2,5 dapat dihasilkan secara alami oleh siklus alam mau pun aktivitas antropogenik. Sumber PM2,5 alami bisa berasal dari pelepasan debu gunung berapi, tanah, dan aerosol dari air laut.

Sementara itu, PM2,5 yang berasal dari aktivitas manusia dapat meliputi berbagai hal erikut.

  • Emisi dari industri
  • Penggunaan mesin diesel dan bahan bakar minyak
  • Debu hasil aktivitas pertanian dan rumah tangga
  • Reaksi kimia di udara bebas yang terjadi pada polutan lain seperti gas sulfur dioksida.

Bahaya PM2,5 bagi kesehatan manusia

Para ilmuwan dalam jurnal yang sama menyebutkan PM2,5 dapat memicu terjadinya berbagai masalah kesehatan.

Beberapa masalah kesehatan jangka pendek yang dapat terjadi akibat PM2,5 adalah bersin, meningkatnya aritmia (detak jantung tidak teratur), serangan asma, dan infeksi saluran pernapasan.

Partikulat PM2,5 sangat berbahaya bagi kesehatan. Ada berbagai jenis masalah kesehatan jangka panjang yang dapat terjadi akibat partikulat tersebut.

Gangguan masalah kesehatan yang dapat terjadi pada manusia akibat PM2,5, di antaranya sebagai berikut.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/08/29/123000623/apa-itu-pm2-5-yang-selalu-dikaitkan-dengan-polusi-udara-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke