Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Misi ke Bulan Semakin Ramai, Mana Saja Negara yang Menuju Bulan?

KOMPAS.com - Perlombaan misi ke Bulan semakin ramai. India mencetak sejarah dengan menjadi negara pertama di dunia yang mendaratkan pesawat ruang angkasa di dekat kutub selatan Bulan.

Misi ke Bulan yang dilakukan India di kutub selatan Bulan, merupakan area yang belum dipetakan sebelumnya, dan diyakini para ilmuwan kawasan tersebut berpotensi menyimpan cadangan air yang penting.

Dikutip dari Phys, Kamis (24/8/2023), wahana antariksa India dilaporkan mendarat di permukaan Bulan pada pukul 06.04 waktu setempat, Rabu (23/8/2023).

India menjadi negara keempat, setelah Amerika Serikat, Rusia dan China dalam mencapai tonggak sejarah dalam misi ke Bulan.

Misi ke Bulan yang dilakukan India pun telah menarik minat negara-negara bear dan para pemain baru dalam eksplorasi satelit Bumi.

Misi India ke Bulan ini pun dilakukan beberapa hari setelah pendaratan darurat wahana antariksa Luna-25 milik Rusia.

Negara-negara ramaikan misi ke Bulan

Berikut beberapa negara yang meramaikan perlombaan misi eksplorasi Bulan, untuk mempelajari dan pencarian potensi air di satelit Bumi tersebut.

  • India

Misi ke Bulan dilakukan India dengan meluncurkan Chandrayaan-3. Ini adalah wahana antariksa yang berarti 'Mooncraft' dalam bahasa Sansekerta.

Chandrayaan-3 merupakan misi ketiga, setelah sebelumnya, India berhasil meluncurkan wahana ke orbit bulan pada tahun 2008 dan misi pendaratan di Bulan di tahun 2019 namun gagal.

Misi ke kutub selatan Bulan wahana antariksa Chandrayaan-3 ini diluncurkan pada pertengahan Juli dan mengorbit Bumi beberapa kali untuk membangun kecepatan yang diperlukan untuk perjalanannya menuju Bulan.

Dijadwalkan wahana antariksa tersebut mendarat pada 23 Agustus, dan jika berhasil, kendaraan penjelajah (rover) bertenaga matahari akan menjelajahi permukaan di kutub selatan satelit Bumi yang masih belum banyak dipetakan dan akan mengirimkan data ke Bumi selama dua pekan.

Chandrayaan-3 merupakan tonggak terbaru dalam program ruang angkasa yang ambisius, namun relatif terjangkau. Selain misi ke Bulan 2023, tahun depan Indian Space Research Organization juga menjadwalkan peluncuran misi berawak selama tiga hari ke orbit Bumi.

  • Rusia

Rusia meluncurkan Luna-25 pada 11 Agustus 2023 dan menjadi misi luar angkasa pertama negara ini, setelah hampir 50 tahun tak meluncurkan misinya sendiri. Selain itu, misi ke Bulan tahun ini juga sekaligus menandai dimulainya proyek baru eksplorasi bulan Moskow.

Badan antariksa Rusia, Roscomos, melaporkan bahwa pada 16 Agustus 2023, wahana antariksa Luna-25 berhasil ditempatkan di orbit Bulan.

Akan tetapi, tiga hari kemudian, pendarat tersebut 'tidak ada lagi setelah bertabrakan dengan permukaan Bulan'.

Rover Rusia tersebut telah diatur untuk mendarat di permukaan Bulan dan selama setahun akan melakukan misi untuk mengumpulkan sampel dan menganalisis tanah Bulan.

  • China

Misi ambisius ke Bulan juga turut diramaikan China. Negara ini sedang menyiapkan rencana untuk mengirimkan misi berawak ke Bulan pada tahun 2030. Tak hanya itu, China berencana membangun pangkalan di Bulan.

China merupakan negara ketiga yang menempatkan manusia di orbit pada tahun 2003, serta roket Tiangong menjadi unggulan dari program luar angkasa mereka.

Mengejar ketertinggalannya dari Amerika Serikat dan Eropa, sebelumnya China juga telah mendaratkan penjelajah di Mars dan Bulan.

Pada tahun 2019, China berhasil mendaratkan roket Chang'e-4 tanpa awak di sisi terjauh Bulan. Robot penjelajah juga melakukan misi pengibaran bendera China pada tahun 2020, di sisi lain permukaan Bulan.

Untuk pertama kalinya dalam lebih dari empat dekade, misi pendaratan di Bulan tersebut berhasil membawa sampel batuan dan tanah Bulan kembali ke Bumi.

  • Amerika Serikat

Artemis adalah misi ke Bulan yang dilakukan oleh badan antariksa nasional Amerika Serikat (NASA). Misi Artemis 3 NASA, rencananya akan membawa manusia kembali ke Bulan pada tahun 2025.

NASA telah merancang serangkaian misi eksplorasi Bulan dengan sangat kompleks dalam program Artemis ini untuk dapat kembali ke Bulan dan membangun basis keberlanutan, sehingga dapat mengembangkan dan menguji teknologi untuk perjalanan ke Mars di masa depan.

Pada tahun 2022, Artemis 1 telah berhasil menerbangkan wahana antariksa tanpa awak mengelilingi Bulan.

Sedangkan Artemis 2, yang rencananya diluncurkan pada November 2024, akan melakukan hal yang sama dengan membawa awak.

NASA melihat Bulan sebagai persinggahan untuk misi ke Mars dan telah membuat kesepakatan dengan perusahaan seluler Findlandia, Nokia, untuk membangun jaringan 4G di Bulan.

Kendati demikian, misi Artemis 3 belum tentu dapat mendaratkan manusia di permukaan satelit Bumi ini. Sebab, hal ini bergantung pada apakah elemen-elemen kunci dapat segera diselesaikan tepat waktu atau tidak.

Pemain baru misi ke Bulan

Tak hanya India dan Rusia yang akhirnya menyusul NASA dan China dalam perlombaan misi ke Bulan.

Kemajuan teknologi yang baru-baru ini kian masif telah mengurangi biaya misi luar angkasa. Ini menjadi peluang dan telah membuka jalan bagi para pemain baru di sektor publik dan swasta untuk terlibat dalam misi eksplorasi Bulan.

Akan tetapi, untuk bisa mencapai Bulan bukanlah hal yang mudah. Organisasi nirlaba Israel, SpaceIL pernah meluncurkan pendarat Bulan Beresheet pada tahun 2019, namun misi ini gagal.

April lalu, perusahaan antariksa Jepang menjadi perusahaan baru yang juga mencoba peruntungan ini. Namun, negara ini juga gagal dalam dalam upaya bersejarah untuk menempatkan pendarat swasta di Bulan.

Tahun 2023 ini, dua perusahaan Amerika Serikat, Astrobotic dan Intuitive Machines juga akan menjajal peruntungan yang sama, dengan mendaratkan rover di Bulan.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/08/24/080000323/misi-ke-bulan-semakin-ramai-mana-saja-negara-yang-menuju-bulan-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke