Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apakah Manusia Bisa Mempelajari Bahasa Paus Sperma?

KOMPAS.com - Paus sperma merupakan salah satu hewan yang memiliki suara paling keras di Bumi. Hewan besar ini menghasilkan suara berderit, ketukan, dan berdecak staccato untuk berkomunikasi dengan paus lain yang jaraknya beberapa meter.

Simfoni klik berpola ini, yang dikenal sebagai coda, mungkin cukup canggih untuk memenuhi syarat sebagai bahasa yang lengkap. 

Tetapi, apakah manusia dapat mempelajari dan mengerti apa yang dikatakan paus sperma?

Manusia mungkin bisa mengerti komunikasi paus sperma

Dilansir dari Live Science, mungkin manusia bisa mengerti komunikasi paus sperma, tetapi peneliti harus mengumpulkan dan menganalisis komunikasi paus sperma dalam jumlah yang belum pernah ada sebelumnya.

Dengan ukuran otak enam kali lebih besar dari otak manusia, paus sperma memiliki struktur sosial yang rumit dan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bersosialisasi dan bertukar coda.

Pesan-pesan ini bisa sesingkat 10 detik atau bertahan lebih dari setengah jam. Faktanya, kompleksitas dan durasi vokalisasi paus menunjukkan bahwa mereka, setidaknya, pada prinsipnya mampu menunjukkan tata bahasa yang lebih kompleks daripada hewan lainnya. 

Upaya ilmuwan

Sebuah makalah tahun 2012 oleh proyek lintas disiplin, yang dikenal sebagai CETI (Cetacean Translation Initiative), berupaya menguraikan rencana untuk memecahkan kode vokalisasi paus sperma.

Para ahli melakukannya dengan mengumpulkan rekaman paus sperma dan dengan menggunakan pembelajaran mesin untuk mencoba memecahkan kode urutan klik yang digunakan sesama mamalia laut untuk berkomunikasi.

CETI memilih untuk mempelajari paus sperma, alih-alih paus lain, karena komunikasi mereka memiliki struktur yang hampir mirip kode Morse, yang mungkin lebih mudah dianalisis oleh kecerdasan buatan (AI).

Menembus permukaan

Banyak hal yang baru diketahui manusia tentang paus sperma. Baru pada tahun 1950-an, para ahli mencatat paus sperma membuat suara dan tidak diketahui bahwa mereka menggunakan suara itu untuk berkomunikasi sampai tahun 1970-an, menurut penelitian baru yang diunggah oleh CETI.

Komunikasi 'klik' yang dilakukan paus sperma tampaknya memiliki dua tujuan. Paus sperma dapat menyelam hingga kedalaman 1.200 m atau tiga kali lebih dalam dari kapal selam nuklir. 

Karena di kedalaman ini sangat gelap, mereka berevolusi untuk mencari cumi-cumi dan makhluk laut lainnya dengan menggunakan klik untuk ekolokasi. 

Mekanisme klik yang sama juga digunakan dalam vokalisasi sosial paus sperma, meskipun klik unyuk komunikasi dikemas lebih rapat.

Tantangan mempelajari komunikasi paus sperma 

David Gruber, ahli biologi kelautan dan pemimpin proyek CETI, mengakui bahwa untuk mendapatkan informasi sebanyak ini adalah tantangan bagi mereka karena paus sperma sangat sulit dipelajari manusia selama bertahun-tahun.

Para ilmuwan berharap metode kecerdasan buatan dan model bahasa, seperti GPT-3, yang menggunakan pembelajaran mendalam untuk membangun teks atau cerita yang mirip manusia sesuai perintah, juga dapat diterapkan pada vokalisasi paus sperma. 

Masalahnya, metode ini sangat rakus akan data. Proyek CETI saat ini memiliki rekaman sekitar 100.000 klik paus sperma, yang dikumpulkan dengan susah payah oleh ahli biologi kelautan selama bertahun-tahun, tetapi algoritme pembelajaran mesin mungkin membutuhkan sekitar 4 miliar.

Untuk memenuhi kebutuhan data ini, CETI menyiapkan banyak saluran otomatis untuk mengumpulkan rekaman dari paus sperma.

Mereka menggunakan mikrofon bawah air yang ditempatkan di perairan yang sering dikunjungi paus sperma, mikrofon yang dapat dijatuhkan oleh drone udara segera setelah mereka melihat sekelompok paus sperma berkumpul di permukaan, dan bahkan robot ikan yang dapat mengikuti dan mendengarkan paus secara diam-diam dari jauh.

Meski demikian, banyak algoritme pembelajaran mesin yang menganggap audio lebih sulit dianalisis daripada teks. 

Hambatan antara kata-kata yang diucapkan lebih ambigu dan kurang teratur. Oleh sebab itu, pola mungkin memerlukan lebih banyak data untuk dipecahkan.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/05/26/140000423/apakah-manusia-bisa-mempelajari-bahasa-paus-sperma-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke