Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berapa Banyak Sampah Plastik yang Ada di Lautan?

KOMPAS.com - Tim peneliti internasional yang dipimpin oleh 5 Gyres Institute di Los Angeles menemukan hal mencengangkan terkait banyaknya sampah plastik di lautan.

Berdasarkan pengamatan hampir 12.000 kumpulan data tentang polusi plastik di seluruh dunia, mereka mendapati bahwa sekarang ada lebih dari 171 triliun keping plastik yang mengambang di lautan dunia.

Sementara secara total, mereka memperkirakan berat semua plastik di lautan tersebut adalah sekitar 2 juta ton.

Hasil studi baru ini pun menjadi tanda bahwa masih banyak pekerjaan rumah untuk mengatasi permasalah sampah plastik.

Peningkatan penggunaan plastik

Dikutip dari IFL Science, Jumat (31/3/2023) saat melihat tren sampah plastik di lautan dari tahun 1979 hingga 2019, para peneliti melihat adanya peningkatan besar-besaran yang muncul dari tahun 2005 dan seterusnya.

Peneliti memperkirakan jumlah sampah plastik yang memasuki lingkungan perairan dapat meningkat 2,6 kali lipat dari 2016 hingga 2040. Jika tren tersebut terus berlanjut, itu akan berpotensi menjadi hal yang lebih buruk.

"Pembersihan menjadi sia-sia jika kita terus memproduksi plastik dengan kecepatan saat ini. Kita sudah terlalu lama mendengar tentang daur ulang namun industri plastik menolak komitmen apa pun untuk membeli bahan daur ulang atau desain untuk dapat di daur ulang. Sudah waktunya untuk mengatasi masalah plastik dari sumbernya," kata Marcus Eriksen, penulis studi utama dan salah satu pendiri 5 Gyres Institute.

Dalam pernyataannya, peningkatan mikroplastik secara eksponensial di seluruh lautan dunia adalah peringatan keras supaya kita bertindak dalam skala global. Itu juga termasuk berhenti untuk hanya fokus pada pembersihan dan daur ulang.

Dampak sampah plastik

Beberapa tahun terakhir makin banyak penelitian yang menyoroti bagaimana polusi dari sampah plastik berdampak pada lingkungan laut dan susunan kehidupan yang mereka miliki.

Terbaru, para ilmuwan mengidentifikasi kondisi baru yang disebut dengan plastisosis.

Kondisi tersebut memengaruhi perut burung laut dan kemampuan mereka untuk mendapatkan nutrisi dari makanannya.

“Meningkatnya akumulasi partikel plastik di lingkungan dan tubuh kita pada akhirnya akan menyebabkan ketidakmampuan planet ini untuk menopang kehidupan seperti yang kita ketahui. Sekarang saatnya bagi pemerintah di seluruh dunia untuk bersatu dalam upaya mereka mengurangi produksi plastik dan lebih jauh lagi mencegahnya lepas ke lingkungan,” tambah Dr Scott Coffin, Ilmuwan Riset di Dewan Kontrol Sumber Daya Air Negara Bagian California.

Pada 4 Maret 2023 lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menandatangani High Seas Treaty, yang mana negara-negara anggota menyepakati kerangka hukum untuk sebuah perjanjian yang dirancang untuk melindungi laut lepas.

Perjanjian tersebut membahas masalah seperti pengasaman laut, perubahan iklim, dan juga masalah polusi sampah plastik.

Di bulan yang sama, Badan Lingkungan PBB pun juga berkomitmen untuk mengembangkan perjanjian yang mengikat secara hukum untuk mengatasi polusi plastik.

Peneliti dalam studi baru ini pun berharap kesepakatan tersebut menghasilkan tindakan yang kuat dan mengatasi siklus hidup penuh plastik, mulai dari ekstraksi dan manufaktur hingga akhir masa pakainya. Bukan hanya berfokus pada pembersihan saja.

"Untuk mengatasi polusi plastik secara efektif, kita harus mengatasinya dengan cara yang sistemik," jelas Patricia Patricia Villarrubia Gomez, kandidat PhD di Pusat Ketahanan Stockholm, Universitas Stockholm.

Studi baru tentang dampak sampah plastik yang mencemari lautan ini telah diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/04/01/103000323/berapa-banyak-sampah-plastik-yang-ada-di-lautan-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke