Infeksi Hepatitis A Sangat Mirip dengan Hepatitis Akut Misterius Anak

KOMPAS.com- Hepatitis A disebut sebagai salah satu tipe penyakit hepatitis yang paling mirip dengan infeksi hepatitis akut misterius pada anak-anak yang baru-baru ini menghebohkan masyarakat dunia.

Hepatitis merupakan penyakit yang sudah ada sebelum heboh hepatitis akut misterius pada anak baru-baru ini. 

Hepatitis akut yang ada di Indonesia sebelum hepatitis akut misterius adalah Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C, Hepatitis D, dan Hepatitis E. Beberapa jenis hepatitis yang sudah ada ini bisa menginfeksi banyak orang dari segala jenis umur, kelamin dan wilayah.

Namun di antara 5 jenis hepatitis yang ada, Kepala Divisi Gastrohepatologi Departemen IKA FKUI-RSCM, Dr dr Muzal Kadim Shahab, Sp.A(K) mengatakan bahwa hepatitis A adalah jenis hepatitis yang paling mirip dengan kasus infeksi hepatitis akut unknown (misterius) saat ini.

“Hepatitis A ini yang paling mendekati hepatitis akut unknown (misterius) sebenarnya, dari penularannya dan gejalanya,” kata Muzal dalam diskusi daring bertajuk #12th Drossi Open Lecture: Mengenal Lebih Jauh Hepatitis Akut Misterius pada Anak, Jumat (1/7/2022).

Disebutkan bahwa hepatitis A mirip hepatitis akut misterius, yang mana hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A (HAV). Jenis hepatitis ini adalah penyakit akut jangka pendek.

Virus hepatitis A termasuk ke dalam jenis virus hepatotoprik yakni yang hanya menyerang organ hati saja.

Penyakit hepatitis A menular lewat mulut. Siklus dasarnya, virus hepatitis A akan menyerang hati melalui makanan atau air yang terkontaminasi virus tersebut.

Makanan atau air terkontaminasi virus dari tinja, dan virus hepatitis A itu pun akan keluar dalam tinja yang dikeluarkan oleh penderita, yang kemudian bisa menjadi sumber penularan baru.

“Jadi mekanisme ini mirip dengan hepatitis akut misterius ya. Sangat mirip sekali, yang paling mirip adalah hepatitis A,” ujarnya.

Kemiripan antara hepatitis A dan hepatitis akut misterius anak dinilai dari gejala dan cara serta sumber penularan infeksinya.

“Gejalanya (hepatitis A) mirip sekali dengan hepatitis akut misterius ya, hepatitis A ini,” kata dia.

Adapun, gejala hepatitis A atau saat fase klinis yang terjadi setelah terinfeksi virus hepatitis A adalah sebagai berikut.

• Demam
• Kelelahan
• Kehilangan nafsu makan
• Mual muntah
• Rasa tidak nyaman pada bagian perut
• Urine berwarna gelap
• Urine, badan dan selera mata berwarna kuning

Rasa tidak nyaman atau sakit di bagian perut yang terjadi ini diakibatkan karena peradangan pada hati yang mulai membesar saat terinfeksi hepatitis A ini.

Sebagai informasi, sejauh ini meskipun masih banyak hal yang tidak diketahui, ada beberapa gejala hepatitis akut misterius pada anak yang sering ditemukan.

• Perubahan warna urine menjadi gelap berwarna hitam kecokelatan
• Feses pucat
• Kuning pada kulit dan mata
• Nyeri perut
• Terkadang terasa gatal
• Kadang nyeri sendi
• Mual dan muntah
• Anak merasa lesu, lelah dan lemah
• Kehilangan nafsu makan
• Diare
• Terkadang disertai demam

Sementara itu, Hepatitis A ini rentan menginfeksi atau terjadi pada kelompok berikut.

Transmisi virus hepatitis A ini terjadi dalam masa inkubasi sekitar 3-10 hari, sebelum timbulnya gejala-gejala. Lalu, selanjutnya pada infeksi hepatitis A ini bisa terjadi komplikasi atau dampak penyakit yang berat.

Sekitar 42 persen penderita hepatitis A harus rawat inap, karena infeksi virus HAV ini menyebabkan hepatitis fulminan, gagal hati, bisa sampai masuk ICU, serta mortalitas 0,02 sampai 2,5 persen kasus.

Disampaikan Muzal, penyakit hepatitis A ini sebenarnya cukup menjadi masalah yang besar bagi kesehatan di Indonesia dan sering kali terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).

Namun diakui Muzal, karena kita sudah terbiasa jadi seolah-olah hal ini dianggap tidak lebih berbahaya dari hepatitis akut misterius pada anak yang baru muncul beberapa waktu belakangan ini.

Prevalensi kasus infekis hepatitis A termasuk kelompok infeksi dengan kasus yang sedang.

Area wabah hepatitis A sekitar 41,5 persen adalah sekolah atau kampus, sekitar 31,7 persen terjadi di pondok pesantren, dan lingkungan perumahan atau masyarakat sekitar 24,4 persen.