Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bukan Hanya Ganggu Sistem Pernapasan, Peneliti Sebut Covid-19 Sebabkan Psikosis

KOMPAS.com - Infeksi virus corona diketahui menyerang sistem pernapasan seseorang, dan membuatnya terganggu. Namun, penelitian baru-baru ini menemukan Covid-19 dapat memengaruhi hampir seluruh tubuh, termasuk otak hingga menyebabkan psikosis.

Dijelaskan peneliti di Curtin University, Sarah Hellewell, beberapa pasien yang terinfeksi virus corona dapat mengalami episode psikosis pasca Covid. Kondisi ini membuat penderitanya sulit membedakan kenyataan, dengan imajinasinya sendiri.

Untuk diketahui psikosis adalah suatu keadaan yang ditandai munculnya kebingungan, delusi, serta halusinasi.

Orang dengan psikosis, akan kesulitan untuk membedakan mana kenyataan dan mana yang tidak.

"Psikosis terjadi dalam episode yang dapat berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu. Sejak awal pandemi Covid-19, psikosis pasca Covid banyak dilaporkan seluruh dunia," papar Hellewell seperti dilansir dari CNA, Minggu (10/4/2022).

Dia menambahkan, psikosis pasca Covid berbeda dengan psikosis yang umumnya terlihat pada penyakit otak lainnya.

Psikosis episode pertama, lanjut Hellewell, biasanya terlihat pada remaja atau orang dewasa muda yang mengembangkan skizofrenia, serta demensia pada orang tua.

Akan tetapi, rata-rata orang yang mengalami psikosis pasca Covid berusia 30 sampai 50 tahun-an, dan mengalami psikosis untuk pertama kalinya. Selain itu, mereka diketahui tidak memiliki riwayat keluarga psikosis.

"Orang dengan psikosis pasca Covid juga sering menyadari tentang perasaan mereka. Mereka dapat mengenali (kondisi) ini tidak normal bagi mereka, dan sesuatu telah berubah dalam cara mereka berpikir," ungkap Hellewell.

Sejauh ini, psikosis pasca infeksi virus corona jarang terjadi yakni sekitar 0,25 persen dari total kasus Covid-19 yang tidak dirawat di rumah sakit yang kemungkinan memiliki gejala ringan.

Sementara 0,89 persen orang yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 dilaporkan mengalami psikosis.

"Meskipun risiko psikosis pasca Covid rendah, orang yang pernah menderita Covid-19 dan keluarganya harus waspada terhadap perubahan mendadak dalam kepribadian, paranoia, atau delusi pada hari, minggu, dan bulan setelah infeksi," tuturnya.


Penyebab psikosis pasca Covid

"Penyebab psikosis pasca Covid masih belum dipahami dengan baik. Beberapa ilmuwan berpikir itu bisa jadi karena peradangan terus-menerus di otak, sinyal peradangan yang berkepanjangan di tubuh atau karena perubahan pembuluh darah di otak," imbuhnya.

Di sisi lain, sejumlah bukti menunjukkan adanya perubahan di area otak setelah infeksi Covid-19 yang ringan. Area inilah yang diduga terpengaruh, hingga menyebabkan gejala psikosis.

Hellewell memaparkan, area tersebut adalah korteks orbitofrontal di bagian depan otak, dan parahippocampal gyrus yang merupakan memori utama di dalam otak.

Kendati demikian, diperlukan studi lebih lanjut untuk memastikan temuan ini. Adapun gejala psikosis setelah terinfeksi Covid-19 di antaranya:

  • Memiliki masalah tidur
  • Diikuti adanya delusi dan halusinasi paranoid
  • Beberapa orang merasa ingin menyakiti diri sendiri atau orang lain

Berdasarkan laporan awal psikosis yang menyebabkan halusinasi dan delusi dapat terjadi setelah beberapa hari, beberapa pekan, bahkan beberapa bulan setelah seseorang didiagnosis Covid-19.

Misalnya, salah satu laporan ilmiah menyebutkan wanita di Amerika Serikat berusia 36 mengalami psikosis sekitar empat hari usai mengalami gejala Covid-19 yang ringan.

Wanita itu menjadi delusional, dan berpikir bahwa pasangannya mencoba untuk menculik anak-anaknya. Dia juga meyakini bahwa keberadaannya selalu dilacak melalui ponsel, sehingga membuatnya merasa sangat tidak tenang.

"Dia akhirnya dibawa ke rumah sakit untuk perawatan. Setelah satu pekan menjalani rawat rawat inap untuk mengobati psikosisnya, dia dipulangkan. Delusinya tidak kambuh," jelas Hellewell.

Pada kasus lainnya, seorang pria asal Bulgaria berusia 43 tahun dilaporkan mulai mengalami psikosis dua hari setelah dia keluar dari rumah sakit karena infeksi virus corona yang parah. Menurutnya, para dokter telah memalsukan hasil dengan mengatakan penyakitnya telah sembuh.

Selain itu, dia mengalami delusi bahwa dia sudah meninggal dunia lalu organ tubuhnya turut membusuk. Kasus ini terbilang ekstrem, lantaran pria tersebut yakin harus membunuh anggota keluarganya agar tidak menderita seperti yang dia rasakan.

Akhirnya dia dirawat di rumah sakit untuk mengobati kondisinya, dan gejala psikosis itu tidak pernah muncul kembali.

link sumber: https://www.channelnewsasia.com/commentary/post-covid-psychosis-hallucination-delusion-mild-condition-2600786

https://www.kompas.com/sains/read/2022/04/12/090300023/bukan-hanya-ganggu-sistem-pernapasan-peneliti-sebut-covid-19-sebabkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke