Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

WHO: Booster Vaksin Covid-19 untuk Orang dengan Gangguan Sistem Kekebalan dan Lansia

Selain itu juga adanya kekhawatiran bahwa vaksin yang telah diberikan tak cukup mampu menghadapi varian Delta.

Namun, kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, bahwa penggunaan booster vaksin Covid-19 secara massal adalah tidak bermoral, tidak adil, dan harus dihentikan.

"Memulai booster benar-benar hal terburuk yang dapat kita lakukan sebagai komunitas global. Ini tidak tepat dan juga tidak adil, karena kita tidak akan menghentikan pandemi dengan mengabaikan seluruh benua, apalagi benua yang tidak memiliki kapasitas produksi,” katanya, seperti dikutip dari CNN, Selasa (12/10/2021).

Ia menambahkan, bahwa Amerika Selatan, Amerika Utara, Eropa, Asia, Oseania semuanya telah memberikan dosis vaksin pertama kepada lebih dari 50% populasi mereka, sedangkan hanya 7% populasi Afrika yang telah menerima dosis pertama vaksin Covid-19.

Booster untuk siapa saja?

Meski demikian, WHO merekomendasikan agar orang yang mengalami immunocompromised atau gangguan sistem kekebalan diberi dosis tambahan vaksin Covid-19, karena risiko infeksi yang lebih tinggi setelah mendapatkan vaksin dosis standar.

Menurut Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE), dosis tambahan atau booster vaksin harus ditawarkan sebagai bagian dari vaksin seri primer yang diperpanjang, karena individu-individu ini cenderung tidak merespons secara memadai terhadap vaksinasi dosis standar dan berisiko tinggi terkena Covid-19 yang parah.

Direktur vaksin WHO Kate O'Brien mengatakan, mengacu pada orang-orang dengan gangguan system kekebalan, yang mana kekebalan tubuhnya lebih lemah, rekomendasinya adalah untuk memberikan vaksinasi ketiga, vaksinasi tambahan seri primer.

“Hal itu didasarkan pada bukti yang menunjukkan, bahwa imunogenisitas dan bukti tentang infeksi terobosan sangat tidak proporsional diwakili oleh orang-orang tersebut."

Selain itu, panel juga merekomendasikan agar orang yang berusia di atas 60 tahun yang mendapatkan vaksinasi Sinopharm dan Sinovac, menerima dosis tambahan sekitar satu hingga tiga bulan setelah menyelesaikan jadwal vaksin mereka.

Hal itu berdasarkan penelitian di Amerika Latin, bahwa efektivitas vaksin tersebut menurun dari waktu ke waktu.

“Data pengamatan pada suntikan Sinopharm dan Sinovac, dengan jelas menunjukkan bahwa pada kelompok usia yang lebih tua, kinerja vaksin menurun setelah dua dosis,” kata Joachim Hombach, sekretaris panel ahli independen.

"Kami juga tahu bahwa penambahan dosis ketiga atau pindah ke jadwal dua tambah satu memberikan respons (kekebalan) yang kuat. Jadi kami berharap bisa mendapatkan perlindungan yang jauh lebih baik dari sana," katanya.

Panel tersebut menekankan, otoritas kesehatan yang menggunakan vaksin Sinopharm dan Sinovac harus mengutamakan untuk memaksimalkan cakupan dua dosis pada populasi yang lebih tua dan kemudian memberikan dosis ketiga.

O’Brien mengatakan, saat ini sekitar 3,5 miliar dosis vaksin Covid-19 telah diberikan. Diperkirakan 1,5 miliar dosis yang tersedia secara global setiap bulan, cukup untuk memenuhi target vaksinasi 40% dari populasi masing-masing negara pada akhir tahun, meski distribusinya tidak merata.

"Memberikan dosis booster kepada individu yang telah mendapat manfaat dari respons vaksin primer, seperti mengenakan dua jaket pelampung pada seseorang dan membiarkan orang lain tanpa jaket pelampung," kata O'Brien.

"Jaket pelampung tambahan saat ini harus kita berikan ke orang-orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan."

Kelompok SAGE, yang terdiri dari para ahli independen yang membuat kebijakan tetapi bukan rekomendasi peraturan, akan meninjau semua data global tentang suntikan penguat (booster) dalam pertemuan 11 November mendatang, terutama terkait varian dan potensi berkurangnya kekebalan.

Hingga saat ini, vaksin Covid-19 yang disetujui WHO antara lain vaksin Pfizer-BioNTech, Janssen, Moderna, Sinopharm, Sinovac, dan AstraZeneca.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/15/213525623/who-booster-vaksin-covid-19-untuk-orang-dengan-gangguan-sistem-kekebalan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke