Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Epidemiolog: Sekolah Harus Tutup Sementara jika Ada 2 Orang Terinfeksi Covid-19

KOMPAS.com - Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman meminta agar sekolah-sekolah ditutup sementara dari pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas jika memang terjadi penularan, meski yang positif Covid-19 hanya dua orang.

"Sekolah di tutup sementara. Kalau ada kasus infeksi setidaknya 2 di dalam sekolah, maka setidaknya (sekolah) harus tutup dulu 2 minggu untuk melaksanakan 3T, yakni testing, tracing (penelusuran), dan treatment (terapi)," kata Dicky kepada Kompas.com, Rabu (29/9/2021).

Hal ini disampaikan Dicky menanggapi keputusan pemerintah untuk tetap melanjutkan PTM terbatas yang telah dilakukan sejak awal bulan September ini.

Setelah pembelajaran tatap muka (PTM) digelar di sejumlah wilayah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mencatat terjadinya klaster-klaster sekolah.

Dilansir dari Kompas.com, Jumat (24/9/2021), Kemendikbud Ristek mengategorikan berdasarkan wilayah, klaster pembelajaran tatap muka terbanyak terjadi di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur.

Berdasarkan data 23 September 2021, tercatat ada 1.302 klaster sekolah. Klaster terbanyak terdiri dari 583 klaster dari sekolah dasar, 251 klaster dari PAUD, 244 klaster dari SMP, 109 klaster dari SMA, 70 klaster SMK, dan 13 klaster SLB.

Sehingga, dari 47.033 sekolah yang disurvei, 2,77 persen sekolah menimbulkan klaster kasus Covid-19 selama PTM dilakukan.

Meski demikian, Mendikbud Ristek, Nadiem Makarim tetap akan melanjutkan sekolah tatap muka, dengan dukungan dari Presiden Joko Widodo dan kementrian terkait mengenai hal ini.

Dicky mengatakan, setuju atas tindakan yang dilakukan oleh pemerintah saat ini mengenai PTM terbatas yang akan terus dilanjutkan.

Akan tetapi, ia menambahkan, jangan lupa untuk mengevaluasi dan menemukan titik lemah dari kegiatan PTM terbatas yang dilakukan supaya bisa dijadikan pembelajaran bagi sekolah dan daerah lainnya yang ingin memberlakukan PTM juga.

"Tunggu hasil evaluasinya, kan dalam 2 minggu juga keluar, dan artinya titik lemah-titik lengahnya akhirnya ketemu dan kemudian di perbaiki dan dijadikan pelajaran oleh sekolah lain dan daerah lain supaya tidak terjadi (klaster penularan Covid-19 sekolah)," ujarnya.


Alasan berikutnya, untuk menutup sekolah sementara dari kegiatan belajar-mengajar secara tatap muka langsung adalah angka test positivity rate di wilayah sekitar sekolah tersebut tinggi.

Test positivity rate adalah rasio yang menunjukkan jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 berbanding dengan total tes di suatu wilayah.

"Kalau di daerah tersebut test positivity rate-nya melebihi 5 persen, maka bukan hanya sekolah, tetapi sekolah itu ditutup bersamaan dengan lingkungan sekitarnya," jelasnya.

Ia menegaskan, kalau hanya sekolah saja yang ditutup, sementara mal dan pusat perbelanjaan ataupun pusat keramaian lainnya dibuka secara bebas dan longgar, maka risiko penularan Covid-19 masih sangat bisa terjadi.

"Ya itu namanya nggak efektif (penutupan sekolah untuk menekan penularan Covid-19)," tegasnya.

Dengan begitu, kata dia, sebenarnya sekolah merupakan ruang lingkup yang paling akhir untuk diberlakukan penutupan, dan hanya jika terjadi kasus infeksi lokal di sekolah dan juga konfirmasi positif infeksi melebihi 5 persen di daerah tersebut.

Data test positivity rate dan indikator epidemiologi harus kuat dahulu, sebelum bisa menekan klaster di suatu lingkungan termasuk lingkungan sekolah.

"Pesan adanya klaster Covid-19 di sekolah ini sebenarnya, sangat mungkin terjadi karena ada indikator epidemiologi yang disajikan lemah, artinya tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya, karena kalau ada klaster berarti kondisinya buruk di masyarakat," ucap dia.

Jadi tetap harus jadi pertimbangan, meskipun sekolah memang sangat penting tetapi harus tetap diselesaikan dan dituntaskan temuannya, serta tentunya harus ditindak lanjuti. 

Ketika sudah ketemu penyebabnya dan ketahuan, harus tahu dahulu bisa atau tidakkah untuk dilakukan mitigasi segera.

Jika dirasa tidak bisa dimitigasi segera, atau membutuhkan waktu yang cukup lama, maka wajib bagi sekolah untuk ditutup sementara dari PTM.

"Misalnya ketemunya bahwa di sekolah A itu biasanya jendela kelasnya ditutup, karena pake AC dan kebas angin, maka jika mau dilakukan lagi PTM jendelanya harus dibuka, atau kelasnya dilakukan di luar, outdoor," tuturnya.

Dicky menegaskan bahwa kegiatan dan evaluasi tersbut harus ada tindak lanjutnya, untuk menindaklanjuti temuan itu sesuai rekomendasi ilmiah.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/09/30/090300523/epidemiolog-sekolah-harus-tutup-sementara-jika-ada-2-orang-terinfeksi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke