Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kerumunan Pendukung Persija Sampai Libatkan Polisi, Kenapa Suporter Bola Kerap Bikin Rusuh?

KOMPAS.com - Sejumlah oknum suporter Persija Jakarta berkerumun merayakan kemenangan timnya pada Piala Menpora 2021.

Kerumunan suporter Persija Jakarta terjadi di Bundaran Hotel Indonesia (HI) pada Senin (26/4/2021) dini hari WIB.

Munculnya kerumunan para suporter Persija kemudian mendapat tindakan tegas dari kepolisian setempat.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes pol Yusri Yunus menyatakan, pendukung Persija yang terlibat dalam kerumunan diamankan sebanyak 65 orang.

Bukan cuma kali ini saja suporter bola menimbulkan keributan. Tak jarang, aksi mereka memakan korban.

Menurut pemberitaan Kompas.com edisi 26 September 2018, kematian Haringga Sirla menjadi pukulan bagi sejarah sepak bola Indonesia.

Menurut data dari Litbang Save Our Soccer (SOS), Haringga Sirla merupakan suporter bole ke-76 yang tewas akibat sepak bola terhitung sejak 1994.

"Jumlah itu adalah data suporter yang meninggal pada hari kejadian atau sehari setelahnya, sejak tahun 1994. Jumlah itu didapat dari hasil riset ke suporter," kata Koordinator SOS, Akmal Marhali, kepada Kompas.com, Rabu (26/9/2018) pagi.

Lantas, kenapa suporter bola fanatik kerap membuat keributan hingga menimbulkan jatuhnya korban?

Psikolog sosial asal Solo, Hening Widyastuti menyampaikan, pada dasarnya suporter bola merupakan sebuah kumpulan besar individu yang memiliki passion atau kegemaran yang sama dan dinaungi oleh satu bendera yang sama dalam sebuah klub sepak bola.

Pada kumpulan massa yang besar ini, di dalamnya ada banyak energi.

"Ketika satu individu tersulut, semua akan tersulut. Psikologi massa," kata Hening kepada Kompas.com, Rabu (28/4/2021) pagi.

Hening menyampaikan, suporter bola sebetulnya memiliki beberapa tingkatan, yakni:

  • Suporter bola yang sangat fanatik,
  • Tidak terlalu fanatik, hanya suka bola dan kebetulan berdomisili di daerah yang ada klub bola yang disukai
  • Suporter yang sekadar ikut-ikutan.

Nah terkadang, orang di dalam kelompok yang ikut tersulut ini adalah suporter yang hanya ikut-ikutan tanpa tahu akar permasalahannya.

"Mungkin kebanyakan anak-anak remaja, pra-remaja, atau dewasa awal yang memiliki beberapa kecenderungan," ungkap Hening.

Anak-anak usia remaja atau awal dewasa cenderung suka melakukan sesuatu atau mencari kelompok pergaulan sebagai hiburan.

Hening mencontohkan, misalnya ketika ada banyak masalah di rumah, entah dengan ayah atau ibunya.

Kemudian si anak remaja keluar rumah dan menemukan teman pergaulan yang satu passion, satu minat, dan merasa satu misi untuk memperjuangkan daerahnya lewat bendera klub sepak bola, ikatan psikologinya akan besar sekali.

"Kadang disayangkannya, ketika ada satu aja yang berbuat onar, itu yang lainnya mudah tersulut," imbuh dia.

"Dalam situasi seperti ini, nalar tidak berfungsi."

Alih-alih menggunakan nalar, para pendukung klub sepak bola dinilai lebih mengutamakan emosi, kekuatan untuk bersama-sama dengan kelompoknya, dan kesetian.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/04/28/104053523/kerumunan-pendukung-persija-sampai-libatkan-polisi-kenapa-suporter-bola

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke