Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Stres Sebabkan Kulit Berjerawat, Benarkah?

Pada beberapa orang mungkin hanya muncul satu atau dua jerawat, tapi pada orang lainnya bisa jadi muncul jerawat yang ekstrem dan menyebabkan jaringan parut.

Bukan hanya di wajah, jerawat biasanya juga muncul di leher, bahu, bahkan di punggung. Dan bukan hanya muncul selama masa remaja, tapi jerawat bisa muncul di segala usia.

Pada dasarnya, jerawat disebabkan oleh kotoran, minyak, dan kulit mati yang menyumbat pori-pori kulit Anda. Namun, tak sedikit orang yang mengaitkan jerawat dengan stres.

Benarkah stress bisa menyebabkan munculnya jerawat?

Hubungan antara stres dan jerawat tampaknya telah disalahpahami oleh banyak orang. Nyatanya, stres tidak bisa langsung menyebabkan jerawat.

Namun, studiTrusted Source menunjukkan, bahwa jika kulit Anda sudah berjerawat, stres memang akan memperburuknya.

Para peneliti telah menemukan bahwa luka, termasuk jerawat, akan jauh lebih lambat dalam penyembuhan ketika seseorang sedang stres.

Penyembuhan jerawat yang lebih lambat, berarti membuat jerawat bertahan lebih lama dan lebih rentan meningkat keparahannya.

Ini juga berarti, bahwa lebih banyak jerawat yang terlihat pada satu waktu, karena setiap jerawat membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh saat Anda stres.

Mara Weinstein Velez, MD, seorang dokter kulit di University of Rochester Medical Center menekankan, bahwa stres tidak menyebabkan jerawat secara langsung, tetapi stress menyebabkan kondisi di mana bakteri penyebab jerawat dapat berkembang.

Kondisi tersebut di antaranya, sistem kekebalan yang menurun, tidur yang tidak berkualitas, kurangnya hidrasi, dan pola makan yang buruk.

"Menurut saya, stres tidak menyebabkan jerawat. Tapi keadaan stres dapat memicu dan memperburuk kondisi jerawat," katanya.

Stres bisa memicu munculnya jerawat

Stres tidak menyebabkan jerawat secara langsung, tapi ada banyak faktor terkait stres yang membantu membangun lingkungan di kulit menjadi sempurna untuk berjerawat.

Mengapa demikian? Itu karena jerawat tidak dimulai dari kulit Anda, tapi dimulai dengan hormon Anda. Misalnya, kortisol, hormon yang dilepaskan selama stres, dapat meningkatkan jumlah minyak yang diproduksi kulit Anda.

Minyak tersebut, yang disebut sebum, muncul secara alami dalam jumlah kecil di kulit Anda.

Tapi ketika sebum diproduksi terlalu banyak, maka bisa menyebabkan kulit menjadi tempat sempurna untuk jerawat.

Sebum akan menyumbat pori-pori dan menciptakan tempat berkembang biak di pori-pori Anda untuk bakteri penyebab jerawat tumbuh.

Di situlah stres memainkan peran lain- ia menghambat sistem kekebalan tubuh, yang berarti ia juga tidak dapat melawan bakteri penyebab jerawat.

Jika bakteri itu memiliki banyak sebum sebagai makanannya dan tidak ada antibodi pengatur untuk menghentikannya, bakteri akan berkembang biak dengan cepat, dan kemudian menyebabkan banyak jerawat bermunculan.

Di sisi lain, riwayat keluarga, jenis kelamin, pola makan, dan olahraga memang juga dapat menyebabkan kulit berjerawat, tapi stres psikologis dapat memperburuk jerawat seseorang.

Sebuah penelitian berskala besar yang diterbitkan pada tahun 2015 menemukan, bahwa wanita dewasa dengan pekerjaan yang membuat stress, lebih cenderung berjerawat dibandingkan mereka yang pekerjaannya memiliki tingkat stres yang lebih rendah.

Selain itu, studi tahun 2017 terhadap 144 mahasiswi kedokteran juga menemukan korelasi kuat antara tingkat stres dan tingkat keparahan jerawat.

Stres bisa memperlambat kesembuhan jerawat

Melansir The Insider, menurut sebuah studi tahun 2014, hormon stres juga dapat menghambat kemampuan tubuh untuk memperbaiki dirinya sendiri.

Ini dapat memperpanjang masa jerawat bertahan di kulit, karena tubuh Anda tidak dapat bekerja untuk menghilangkan bakteri yang mengisi pori-pori.

Selain itu, ketika stress, orang cenderung mencari comfort food yang tinggi gula dan lemak. Ditambah lagi, keinginan makan biasanya juga meningkat.

Sebuah studi tahun 2012 menemukan, di antara usia 13 tahun hingga 18 tahun, mereka yang lebih banyak mengonsumsi makanan tinggi gula, 30% lebih mungkin untuk berjerawat.

Velez mengatakan, penting untuk melihat secara holistik tentang bagaimana stres memengaruhi kesehatan kulit kita.

"Setiap orang memiliki cara berbeda dalam mengelola stres mereka. Dan pada beberapa orang, itu akan menyebabkan pola makan yang buruk, dehidrasi, kurang tidur – yang mana semua hal itu dapat memengaruhi kulit dan menyebabkan wajah berjerawat," pungkasnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/03/21/160500623/stres-sebabkan-kulit-berjerawat-benarkah-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke