Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tinnitus Gangguan Telinga Menambah Daftar Gejala Long Covid, Apa Itu?

KOMPAS.com- Salah satu jenis gangguan pendengaran yang tak sedikit dialami orang yakni tinnitus. Yakni suatu gangguan pendengaran berupa persepsi suara atau telinga berdengung secara tiba-tiba.

Melansir Mayo Clinic, Minggu (8/11/2020), tinnitus adalah masalah umum yang memengaruhi sekitar 15 hingga 20 persen orang.

Penyebab gangguan pendengaran ini biasanya didasari pada kondisi seperti usia, cedera telinga atau gangguan sistem peredaran darah.

Namun, dalam studi baru yang dilakukan sekelompok peneliti dari Anglia Ruskin University (ARU) mengungkapkan gangguan pendengaran bisa menjadi gejala long Covid.

Tinnitus adalah kondisi yang umum, namun gangguan pendengaran tersebut bisa semakin buruk karena infeksi Covid-19.

Studi yang melibatkan 3.103 peserta dari 48 negara, seperti dikutip dari Science Daily, menemukan bahwa 40 persen pasien Covid-19 bersamaan mengalami tinnitus yang terus memburuk.

Dalam studi yang didukung juga oleh British Tinnitus Association ini melibatkan peserta sebagian besar dari Inggris dan Amerika Serikat.

Hasil studi tersebut telah diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Public Health. Studi ini difokuskan pada orang yang memang telah memiliki gangguan tinnitus.

Sejumlah kecil peserta melaporkan kondisi mereka awalnya dipicu oleh gejala Covid-19.
Hal ini menunjukkan bahwa tinnitus dapat berpotensi menjadi gejala long Covid dalam beberapa kasus.

Tinnitus telah memengaruhi sekitar 1 dari 8 orang dewasa di Inggris dan dikaitkan dengan penurunan kesejahteraan emosional, depresi dan kecemasan.

Studi baru ini juga menemukan bahwa sebagian besar orang menyakini tinnitus yang telah mereka miliki dapat semakin memburuk dengan tindakan jarak sosial atau jarak fisik, sebagai upaya penerapan protokol untuk mengendalikan penyebaran virus.

Kendati penelitian ini difokuskan pada pasien Covid-19 yang sebelumnya telah mengidap gangguan pendengaran tersebut, namun peneliti juga mengidentifikasi 7 orang yang melaporkan gangguan tinnitus yang dipicu oleh Covid-19.

Lantas, mengapa Covid-19 dapat memperburuk tinnitus?

Dilansir dari Ifl Science, peneliti masih belum bisa memastikannya. Kendati yang jelas tinnitus yang dikembangkan akibat Covid-19 dapat berkembang menjadi long Covid.

"Temuan penelitian ini menyoroti kompleksitas yang terkait dengan pengalaman tinnitus dan bagaimana kedua faktor internal, seperti peningkatan kecemasan dan perasaan kesepian, serta faktor eksternal, seperti perubahan rutinitas dapat memiliki efek yang signifikan," jelas Dr Eldre Beukes, penulis utama studi dari ARU.

Dr Beukes menambahkan adanya beberapa perubahan yang ditimbulkan oleh Covid-19 yang tampaknya berdampak negatif pada kehidupan orang dengan gangguan telinga tersebut.

"Ini adalah sesuatu yang perlu diperiksa secara cermat oleh layanan klinis," imbuhnya.

David Stockdale, kepala eksekutif British Tinnitus Association dan salah satu penulis studi ini mengatakan dengan adanya gelombang kedua Covid-19 dan lockdown, kemungkinan dapat meningkatkan stres dan isolasi.

"Pengobatan tinnitus yang buruk di tahap awal seringkali menyebabkan kasus yang jauh lebih buruk dan tinnitus yang parah dapat berdampak besar pada kesehatan mental," jelas Stockdale.

Oleh sebab itu, Stockdale menyarankan saat gelombang kedua Covid-19 berlangsung, sistem perawatan kesehatan perlu memastikan bahwa siapa pun yang mengembangkan tinnitus atau  kondisinya semakin buruk, mereka dapat mengakses dukungan perawatan kesehatan profesional secepat mungkin.

Terlepas dari tinnitus yang dapat semakin memburuk akibat Covid-19, dan telah terbukti sangat sulit untuk diobati, namun sejumlah perkembangan baru yang menjanjikan dapat membuka jalan untuk pengobatan yang lebih efektif terhadap gangguan pendengaran ini.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/11/08/180200523/tinnitus-gangguan-telinga-menambah-daftar-gejala-long-covid-apa-itu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke