Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cegah Virus Corona, China Akhirnya Hapus Trenggiling dari Daftar Obat Tradisional

KOMPAS.com - Selain kelelawar, trenggiling disebut-sebut sebagai tuan rumah virus corona yang menyebabkan pandemi global saat ini.

Bagi sebagian besar masyarakat China, trenggiling dianggap sebagai sumber obat tradisional. Hal ini menyebabkan hewan bersisik ini banyak diburu secara liar dan ilegal.

Melansir AFP, Rabu (10/6/2020), Chinese Pharmacopeia secara resmi tak lagi menggunakan trenggiling dan zat-zat termasuk pil yang diformulasikan dengan kotoran kelelawar sebagai obat tradisional China.

Sejak virus corona baru merebak dan menyebabkan penyakit Covid-19, beberapa ilmuwan meyakini trenggiling sebagai salah satu pembawa virus tersebut.

Dihapus dari daftar bahan pengobatan

Otoritas kehutanan China telah memberikan perlindungan tingkat tinggi pada trenggiling karena statusnya yang kian terancam punah.

Sumber daya alam yang habis sedang ditarik dari Farmakope, lapor Health Times, meskipun alasannya pasti untuk menghilangkan trenggiling tidak jelas.

China dalam beberapa bulan terakhir telah melarang penjualan hewan liar untuk dikonsumsi dengan alasan risiko penyakit menular ke manusia.

Akan tetapi perdagangan tetap legal untuk tujuan lain, termasuk penelitian dan pengobatan tradisional.

State Forestry and Grassland Administration (SFGA) China telah meningkatkan perlindungan terhadap trenggiling ke level tertinggi pada pekan lalu.

"Saya sangat terdorong. Upaya berkelanjutan (perlindungan trenggiling) kami selama beberapa tahun belum sia-sia," kata Zhou Jinfeng, sekretaris jenderal China Biodiversity Conservation and Green Development Foundation (CBCGDF), seperti dilansir dari The Guardian.

Pada tahun 2020 ini, secara resmi sisik trenggiling tidak lagi menjadi bahan baku untuk pengobatan tradisional China.

Trenggiling terancam punah

Selama ini, trenggiling menjadi spesies mamalia yang paling banyak diperdagangkan di dunia.

Sebanyak 200.000 trenggiling dikonsumsi setiap tahun di Asia, baik sisik maupun dagingnya.

Lebih dari 130 ton sisik, hewan hidup dan mati disita dalam perdagangan hewan liar pada akhir tahun lalu.

Bahkan angkanya diperkirakan bisa mencapai hingga 400.000 hewan, menurut kelompok konservasi WildAid.

Perdagangan delapan spesies trenggiling dilindungi oleh hukum internasional dan tiga dari empat spesies merupakan hewan asli Asia yang masuk dalam daftar merah Union for Conservation of Nature, sebagai spesies yang terancam punah.

Termasuk di antaranya spesies trenggiling asal China yang semakin mendekati kepunahan.

Lebih banyak kejelasan diharapkan setelah China menyelesaikan dan menyetujui revisi undang-undang perlindungan satwa liar, mungkin di tahun depan.

“Kami sangat memuji pengumuman ini, dibuat sebagai pengakuan atas perlunya melindungi trenggiling yang terancam punah,” Steve Blake, kepala perwakilan WildAid di Beijing.

Trenggiling yang terkenal sulit berkembang biak di penangkaran, telah menjadi sorotan dunia sejak dimulainya wabah Covid-19.

Sebab, penelitian menunjukkan hewan ini mungkin merupakan inang perantara yang menularkan virus SARS-CoV-2 ke manusia.

Dari dua hewan yang diketahui secara alami membawa virus corona Sars-CoV-2, yakni kelelawar dan trenggiling, yang terakhir adalah yang paling bermasalah, baik untuk dagingnya dan untuk sisik yang melindungi tubuhnya.

Hingga kini, menurut ahli, tidak ada yang secara positif diidentifikasi sebagai sumber perantara yang mentransfer virus corona baru ini ke manusia, meskipun identifikasi 100 persen terbukti sulit dipahami.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/06/10/190200923/cegah-virus-corona-china-akhirnya-hapus-trenggiling-dari-daftar-obat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke