Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Lumba-lumba Pink di Perairan Hong Kong, Apakah Mamalia Terancam Punah?

KOMPAS.com - Lumba-lumba pink adalah spesies mamalia laut yang unik. Lumba-lumba asal Hong Kong ini hidup di perairan keruh yang minim cahaya matahari, sehingga kekurangan pigmentasi pada kulitnya.

Jadi, sebenarnya warna kulit lumba-lumba ini tidak berwarna pink. Darah hangat yang mengalir dekat dengan permukaan kulit, membuat kulit lumba-lumba ini terkesan berwarna merah muda.

Melansir BBC Indonesia, Kamis (30/4/2020), lumba-lumba pink ini sebenarnya jenis spesies Lumba-lumba Punggung Bungkuk Indo-Pasifik atau Lumba-lumba Putih asal China.

Mamalia unik ini pertama disebut oleh seorang pria Inggris, Peter Mundy pada tahun 1637.

Namun, bagi para nelayan Hong Kong, spesies lumba-lumba unik ini sudah diketahui sejak berabad-abad lalu.

Para nelayan biasa menyebutnya Hak Kei yang berarti tabu hitam atau Pak Kei yang berarti tabu putih.

Di perairan Hong Kong, keberadaan lumba-lumba pink menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan. Namun, para pemandu wisata merasa semakin lama jumlah populasi lumba-lumba pink tersebut semakin berkurang.

Pada tahun 1990-an, pejabat Hong Kong memutuskan untuk menghitung populasi lumba-lumba pink ini. Tercatat jumlah lumba-lumba pink ada 250 ekor, namun saat ini hanya ada 32 ekor yang bertahan.

Keberadaan lumba-lumba pink di pesisir perairan Hong Kong tidak hanya berguna bagi industri pariwisata dan perikanan.

Akan tetapi, mamalia laut ini juga telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bagi 7,5 juta penduduk yang tinggal di Hong Kong.

"Sejujurnya, seperti kebanyakan penduduk Hong Kong, saya tidak banyak tahu tentang lumba-lumba ini sampai saya mengambil pekerjaan ini," kata Taison Chang, kepala Komunitas Konservasi Lumba-lumba Hong Kong.

Kebanyakan masyarakat tidak mengetahui kondisi satwa liar ini, bahkan belum berupaya melestarikan keberadaannya.

Menurut data tahun 2017, populasi lumba-lumba tampak semakin stabil. Namun, pada 2018, dengan angka populasi lumba-lumba yang terbaru yakni 32 ekor, yang dirilis musim panas lalu, ada penurunan hingga 32 persen pada tahun 2018.

"Kami tahu angka itu akan terus turun, tapi kami tidak menyangka sampai 32 ekor saja," ungkap Taison.

Selangkah menuju kepunahan lumba-lumba

Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), lumba-lumba putih China dapat ditemui di Taiwan, Vietnam, Thailand hingga perairan Jawa di Indonesia dan Tamil Nadu di India.

Hal ini yang kemudian menjelaskan kenapa spesies lumba-lumba putih atau lumba-lumba pink ini tidak dikategorikan sebagai satwa yang terancam punah.

Kendati demikian, populasi lumba-lumba pink di Hong Kong bisa menghilang dalam satu generasi.

Penyebabnya adalah sejumlah megaproyek dan pembangunan infrastruktur yang di negara tersebut telah menghancurkan habitat lumba-lumba pink pada tahun 1990-an.

Bahkan, selama satu dekade terakhir, pembangunan jembatan yang menghubungkan Hong Kong dengan Makau, lalu lanjut ke China, semakin mengancam kawasan yang tersisa.

Saat pembangunan infrastruktur baru dimulai pada 2009, populasi lumba-lumba ini ada 88 individu.

Namun, saat pembangunan di tahun terakhir, sebanyak 13 lumba-lumba dilaporkan mati dan mengurangi 15 persen dari populasi yang tersisa.

"Ada yang bilang lumba-lumba itu akan pindah ke suatu tempat. Mereka tidak punya tujuan lain. Dan menurut saya tidak banyak yang mengerti ini," kata Janet Walker dari DolphinWatch.

Bagi lumba-lumba pink, air laut di kawasan utara kurang asin, sementara ait laut di kawasan selatan terlalu asin.

Chang mengatakan lumba-lumba pink telah terjebak di area di mana air segar bertemu air laut, yakni di muara sungai.

"Mereka tidak meninggalkan muara sungai ke perairan terbuka. Ini berlaku untuk semua lumba-lumba punggung bungkuk di seluruh dunia," jelas dia.

Ancaman populasi lumba-lumba pink terus datang, yakni dari reklamasi untuk landasan pacu ketiga dari pembangunan bandar udara Hong Kong.

Pada 2019, Ocean Park menemukan lumba-lumba pink mati di perairan Hong Kong, dua di antaranya ada di dekat area reklamasi landasan yang akan dibangun itu.

Kini, dengan hanya 32 lumba-lumba pink yang tersisa, kepunahan semakin membayangi mamalia laut yang unik ini.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/04/30/113100823/lumba-lumba-pink-di-perairan-hong-kong-apakah-mamalia-terancam-punah-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke