Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menggantung Asa Pembangunan Nuklir Thorium di Bangka Belitung

Kompas.com - 29/07/2023, 12:59 WIB
Heru Dahnur ,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

"Sebaliknya, PLTT tidak menyumbangkan karbon. Bentuknya di dalam atom, hingga mengeluarkan energi, simpel seperti itu sebenarnya. Sama sekali tidak ada pembakaran. Hanya saja, karena ini luar biasa harus dikendalikan. Ini justru dalam rangka memenuhi green energy, dan green lingkungan. Secara nasional kita bisa mengurangi emisi karbon," papar Sugeng.

Baca juga: Pro Kontra Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir untuk Kesinambungan Ketahanan Energi Nasional

Namun demikian, keputusan akhir dari pembangunan PLTT di Pulau Gelasa tersebut, masih harus mendapatkan persetujuan, khususnya dari masyarakat sekitar.

Selain itu, PT Thorcon selaku perusahaan yang akan berinvestasi, harus dapat memberikan keyakinan, mulai dari penjajakan, persyaratan, hingga Bapeten memberikan rekomendasi.

"Kami akan memastikan, kalau serius, kami melihat lokasinya, juga bersama KLHK, KKP, dan PUPR. Keputusan menggunakan nuklir adalah keputusan negara. Artinya, harus disetujui banyak pihak dan undang-undangnya energi baru dan terbarukan sedang dibahas di DPR," pungkasnya.

Sudah habis Rp 50 Miliar

Sebelumnya, Direktur Operasi ThorCon Power Indonesia Bob S Effendi mengaku sudah merogoh pembiayaan hingga Rp 50 miliar untuk berbagai persiapan.

ThorCon antara lain telah melakukan survei, kajian ekologi dan pembangunan konsep prototipe dengan perguruan tinggi.

Baca juga: Dukung Energi Bersih, Schneider Electric Hadirkan Solusi Data Center Hibrida dan Edge

Saat ini ThorCon terbentur dengan peraturan tentang tata ruang wilayah yang harus direvisi.

"Tahap awal operasi, pembangkit kita tarik dari Korea Selatan. Seiring berjalan kita juga siapkan potensi dalam negeri," ujar Bob.

Untuk diketahui, Bangka Belitung dipilih karena memiliki cadangan thorium yang merupakan mineral ikutan dari penambangan timah.

Jika terlaksana, PLTT di Bangka Tengah bakal menjadi yang pertama di Indonesia, sekaligus menjadi percontohan untuk wilayah Asia Pasifik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com