Apersi Targetkan Pasok 130.000 Unit Rumah Subsidi Tahun 2023

JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) akan memasok 130.000 unit rumah subsidi pada tahun 2023.

Pada periode yang sama, Apersi juga akan memasok 40.000 unit rumah komersial. Langkah tersebut sekaligus mendukung upaya pengentasan backlog rumah yang digiatkan Pemerintah.

Semangat ini didukung oleh adanya penyesuaian harga rumah subsidi, seperti yang termaktub dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 60 Tahun 2023 tentang Batasan Rumah Umum, Pondok Boro, Asrama Mahasiswa dan Pelajar, serta Rumah Pekerja yang Dibebaskan dari Pengenaan PPN.

Harga rumah subsidi tahun 2023 mengalami kenaikan sebesar 8 persen dari semula di kisaran Rp 150,5 juta-Rp 219 juta menjadi Rp 162 juta-Rp 234 juta.

Kenaikan harga rumah subsidi ini mengikut kenaikan rata-rata biaya konstruksi sebesar 2,7 persen per tahun berdasarkan Indeks Harga Perdagangan Besar.

"Kami (Apersi) sudah menunggu penyesuaian harga rumah subsidi ini karena akan menjaga supply dan demand," ucap Ketua Umum Apersi, Junaidi Abdillah dalam keterangan resmi.

Dirinya berharap, kebijakan ini bisa diiringi dengan elemen lain terkait produksi rumah subsidi yang masih mengalami kendala dan perlu dibenahi.

Misalnya terkait perizinan bangunan gedung (PBG) dan isu lahan sawah dilindungi (LSD), agar pasokan rumah subsidi bisa berjalan mulus.

Baca juga: Pengembang Apersi Sempat Setop Proyek saat Harga Rumah Subsidi Stagnan

"Kendala di PBG dan LSD di beberapa daerah masih ada dan mengganggu produksi," imbuh Junaidi.

Tidak kalah penting, Wakil Ketua Umum Apersi, Mohammad Solikin menjelaskan, kebutuhan hunian oleh MBR nanggung perlu lebih diperhatikan.

MBR nanggung adalah masyarakat yang pendapatannya sedikit di atas batasan maksimal pendapatan MBR.

"Kita menyebutnya ini MBR nanggung atau tanggung yang tak bisa memanfaatkan program rumah subsidi," ujar Solikin.

Dirinya berharap, perbankan seperti Bank Tabungan Negara (BTN) bisa megakomodir potensi pasar ini dengan kreativitas pembiayaan.

Dari sisi developer, ini bisa menjadi peluang untuk dimaksimalkan karena segmen ini didominasi milenial yang benar-benar belum memiliki rumah.

"Untuk itu, ini harus dimaksimalkan karena potensinya cukup besar," tegasnya.