JAKARTA, KOMPAS.com - Nama Dusit International tak asing lagi bagi warga Jakarta, dan terutama di kalangan bisnis perhotelan Indonesia.
Jaringan internasional yang berbasis di Thailand ini, pernah mengelola properti hotel milik PT Duta Pertiwi Tbk (anak usaha Sinarmas Land) di kawasan Mangga Dua, Jakarta Utara, pada kurun akhir 1990-an hingga Maret 20006.
Kini, Dusit International tengah menjajaki untuk "kembali" lagi ke Jakarta. Namun, bukan untuk mengembangkan dan mengelola hotel, melainkan menjajaki rencana pemasaran proyek terbaru mereka.
Proyek terbaru berkonsep mixed use tersebut bertajuk Dusit Central Park. Menempati area seluas 4 hektar, Dusit Central Park berada di jantung bisnis dan finansial Kota Bangkok, atau tepatnya di Rama IV Road.
Baca juga: Dusit International, Thailand Pride yang Melekat di Benak Warga Jakarta
Dalam merealisasikan pembangunan proyek jumbo ini, Dusit International mengajak serta Central Pattana PCL melalui bendera Vimarn Suriya dengan komposisi masing-masing 70 persen dan 30 persen.
Menurut Chief Executive Officer Vimarn Suriya (anak perusahaan Dusit International) La-ead Kovavisaruch, Dusit International adalah kebanggaan Thailand (Thai Pride) yang senantiasa mengutamakan kualitas pelayanan bertaraf internasional, dan memberikan kepuasan serta manfaat baik kepada pelanggannya maupun lingkungan sekitar.
"Kami sendiri telah memiliki dua hotel di Indonesia, khususnya di Lombok, NTB, dan Nusa Lembongan, Bali, dengan brand Elite Havens yang lebih menyasar segmen anak muda dan milenial," ungkap La-ead.
Jumlah populasi terbesar di antara negara sesama Asia Tenggara, adalah modal Indonesia untuk dapat berbicara dalam kontestasi maupun konstelasi bisnis properti baik perhotelan, perkantoran, pusat perbelanjaan, maupun apartemen.
Jika pada tahun 2020, UHNWIs sebanyak 1.390 orang, setahun berikutnya terjadi perubahan dengan angka sejumlah 1.403 orang.
Baca juga: Jumlah Crazy Rich Indonesia Naik 1 Persen Selama Pandemi Jadi 1.403 Orang
Kategori UHNWIs adalah mereka yang memiliki kekayaan lebih dari 30 juta dollar AS atau ekuivalen dengan Rp 447 miliar.
La-ead mengungkapkan, setelah melaksanakan pameran di sejumlah kota metropolitan besar Asia seperti Dubai, Hongkong, dan Singapura, pihaknya mulai memiliki ketertarikan untuk menjajaki pasar Jakarta.
Namun demikian, menggelar pameran di kota dengan populasi sekitar 10 juta jiwa ini membutuhkan pemahaman, dan persiapan matang.
Hal ini karena kondisi pasar Jakarta sekarang sangat berbeda dibanding lebih dari dua dekade lalu.