Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagi Soal IKN Nusantara, Lima Asosiasi Profesi "Warning" Pemerintah

Kompas.com - 27/01/2022, 05:30 WIB
Muhdany Yusuf Laksono,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah asosiasi profesi yang berkaitan dengan infrastruktur mengingatkan beberapa hal kepada pemerintah seiring rencana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur.

Mulai dari perlunya kehatian-hatian karena IKN dibangun di kawasan hutan, kemudian pendanaan, waktu, ketepatan desain arsitektur, hingga menerapkan konsep berkelanjutan.

Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia Hendricus Andy Simarmata mengatakan, kalau bisa memilih, baiknya tidak mengutamakan pembangunan kota di kawasan hutan.

Namun, bukan berarti tidak bisa direncanakan dan dirancang. 

Baca juga: Tol Bawah Laut Akan Dibangun di IKN Nusantara

"Tidak ada yang tidak bisa kami rencanakan dan rancang. Tetapi merencanakan kota di kawasan bekas hutan dengan yang bukan bekas hutan tentu berbeda, size hingga sistem kotanya pasti berbeda," ujar Andy dalam sebuah diskusi, Rabu (26/01/2022).

Seiring dengan kondisi tersebut, masih ada waktu untuk terus memperhatikan prosesnya secara objektif.

Merujuk pada semboyan planologi yakni 'tempat untuk semua dan semua pada tempatnya'.

"Paradoks ini bukan membuat kita khawatir, tetapi menegaskan bahwa membangun kota di atas kawasan hutan, perlu waktu, kehati-hatian, dan extraordinary," tandasnya.

Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI) Sibarani Sofian menyampaikan, pembangunan IKN Nusantara harus memperhatikan tiga hal penting, yaitu biaya, waktu, dan kualitas.

"Karena kalau saya boleh memilih, IKN ini sekali-kalinya seumur hidup membuat ibu kota baru. Jadi saya lebih cenderung majukan kualitas, cari dana yang benar, dan waktunya harus lebih baik dan masuk akal," terangnya.

Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Georgius Budi Yulianto menambahkan, IKN harus menjadi national building yang baik dan dikurasi secara tepat. Supaya hasilnya akan diingat sebagai hal luar biasa dan diwariskan ke generasi selanjutnya.

"Seharusnya memang taat azas itu menjadi hal yang penting karena itu mengacu pada siapa yang bertanggung jawab dengan desainnya," tutur pria akrab disapa Boegar itu.

Sedangkan Ketua Umum Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia (IALI) Dian Heri Sofian mengatakan, legacy yang ditinggalkan melalui IKN tidak hanya berupa fisik. Melainkan juga prosesnya sebagai bagian dari peristiwa bersejarah.

"Jadi jangan sampai IKN meninggalkan legacy yang tidak baik. Takes your time, jangan ngejar buru-buru karena ada batasan tertentu, tapi proseslah yang diutamakan sehingga hasilnya terbaik bagi bangsa ini," jelasnya.

Semenatara Ketua Umum Gren Building Council Indonesia (GBCI) Iwan Prijanto mengharapkan IKN bisa menjadi kota yang berkelanjutan. Namun, untuk mencapainya tidak mudah dan membutuhkan upaya sistemik.

Karena sustainability atau keberlanjutan itu membutuhkan sumber daya yang kemudian diolah sesuai standar yang berlaku agar kehidupan generasi di masa depan masih tetap eksis.

"Mulai dari mengelola lanskap, bangunan, perancang kotanya, dan policy dari perencanaan kotanya, serta aspek yang lain seperti kesehatan, itu harus dikelola secara sistemik," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengenal Penthouse, Tipe Unit Paling Eksklusif di Apartemen

Mengenal Penthouse, Tipe Unit Paling Eksklusif di Apartemen

Apartemen
Tahun Ini, BPD DIY akan Salurkan 100 Unit KPR FLPP

Tahun Ini, BPD DIY akan Salurkan 100 Unit KPR FLPP

Hunian
Pengembang Rumah Subsidi Desak Prabowo Bentuk Kementerian Perumahan Rakyat

Pengembang Rumah Subsidi Desak Prabowo Bentuk Kementerian Perumahan Rakyat

Berita
Tahun Ini, Central Group Targetkan Penjualan Rp 1,8 Triliun

Tahun Ini, Central Group Targetkan Penjualan Rp 1,8 Triliun

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lembata: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lembata: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Tol Bocimi Kelar Diperbaiki Permanen Sebelum Libur Akhir Tahun Ini

Tol Bocimi Kelar Diperbaiki Permanen Sebelum Libur Akhir Tahun Ini

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Manggarai Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Manggarai Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lombok Tengah: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lombok Tengah: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lombok Barat: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lombok Barat: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Sengkarut Korupsi Tol MBZ, Lelang Proyek Diatur, Kualitas Material Dipangkas

Sengkarut Korupsi Tol MBZ, Lelang Proyek Diatur, Kualitas Material Dipangkas

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Dompu: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Dompu: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Mengapa Setelah Dipel Lantai Rumah Justru Terasa Lengket?

Mengapa Setelah Dipel Lantai Rumah Justru Terasa Lengket?

Interior
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Bima: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Bima: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Mataram: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Mataram: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lombok Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lombok Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com