Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Deddy Herlambang
Pengamat Transportasi

Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (INSTRAN)

Selamatkan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung dengan Investigasi dan Audit

Kompas.com - 08/09/2021, 11:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Stasiun terakhir di Tegalluar atau sebelumnya transit di Padalarang. Baik Tegalluar atau Padalarang semuanya terletak di Kabupaten Bandung.

Kawasan ini masih berjarak 25 kilometer menuju pusat kota Bandung. Apakah lebih jujur dibuat nama KA Cepat Jakarta-Padalarang atau Tegalluar?

Tampaknya, KCIC masih perlu belajar dari KA Bandara Jakarta dan LRT Palembang yang belum berhasil menjadi angkutan umum pilihan.

Hal ini makin menguatkan argumen bahwa membangun infrastruktur transportasi KA tidak hanya membangun atau mempersiapkan sarana dan prasarana saja namun wajib mempersiapkan calon penggunanya juga.

Siapa yang akan dibidik calon pengguna HSR Jakarta-Bandung ini?

Ada empat segmen yang terbiasa melakukan perjalanan dari Jakarta-Bandung rutin, yakni: pelanggan KA Parahyangan, pengguna mobil pribadi, pengguna travel dan pengguna bus umum.

Bila yang dibidik adalah segmen pengguna jalan tol, saya prediksikan akan sulit jika stasiun keberangkatan dimulai dari Halim.

Barangkali penumpang dengan radius 10 kilometer dari Halim yang paling berpeluang menggunakan KCJB tersebut.

Sementara masyarakat yang berada di Jakarta Pusat, Jakarta Barat, atau Jakarta Selatan akan lebih memilih menggunakan mobil sendiri atau travel-travel yang telah ada.

Jangan sampai terjadi yang disasar pengguna KCJB adalah segmen pengguna KA Parahyangan dan juga jangan pula KA Parahyangan ditutup guna mengalihkan penumpangnya KCJB.

Hal ini mengingat KCJB dan KA Parahyangan segmentasinya berbeda. Tarif yang dibandrol KCJB sejak 2016 adalah Rp 200.000 (bila tidak berubah), sedangkan KA Parahyangan Rp 75.000-Rp 120.000.

Dapat dipetakan dari besaran tarif ini, bahwa KCJB untuk segmentasi sosial menengah ke atas dan KA Parahyangan untuk sosial menengah ke bawah.

Proyek KCJB Harus Tetap Jalan

Apabila tetap diupayakan tambahan biaya dari negara, yang paling untung tetap dari pihak konsorsium China.

Hal ini karena kita membeli rel, fasilitas operasi (sinyal, telekomunikasi, listrik) KA dan sarana KA impor dari China.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com