Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

246 Waduk Belum Cukupi Kebutuhan Air Bersih Masyarakat

Kompas.com - 23/03/2021, 11:00 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah 246 waduk atau bendungan yang telah dibangun oleh pemerintah hingga saat ini belum mampu mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat.

Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Sumber Daya Air (SDA) Firdaus Ali mengatakan persentase daya tampung bendungan yang ada saat ini terhadap potensi ketersediaan air bersih hanya sekitar 5,74 persen atau 1.957.205 meter kubik.

Padahal jika dirinci total 246 waduk itu tersebar di berbagai wilayah di Indonesia dengan daya tampung maksimal yang sangat besar.

Di antaranya yaitu sebanyak 27 bendungan di Pulau Sumatera dengan total kapasitas tampung mencapai 4.349.297.000 meter kubik, 103 bendungan di Pulau Jawa dengan daya tampung 3.173.678.583 meter kubik.

Baca juga: Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, Wilayah yang Sering Alami Krisis Air

Selanjutnya 10 bendungan di Kalimantan dengan kapasitas 1.251.820.000 meter kubik,
92 bendungan di Nusa Tenggara dengan daya tampung 299.274.098 meter kubik,

Kemudian 11 bendungan di Sulawesi dengan daya tampung 317.195.000 meter persegi, dan 3 bendungan di Maluku dengan daya tampung 299.274.089 meter kubik.

Lebih jauh, Firdaus menjelaskan, penyebab utama krisis air bersih di Indonesia adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan kemampuan dalam menyediakan air bersih.

Menurutnya populasi di Indonesia terus bertambah dan aktivitas sosial masyarakat juga bertumbuh dan berkembang sehingga tentunya membutuhkan air bersih yang banyak.

"Tapi di lain sisi kemampuan kita menyediakan infrastruktur untuk bisa mencukupi kebutuhan air bersih juga sangat terbatas. Terlebih, kondisi lingkungan saat ini berpengaruh sangat besar terhadap krisis air," ujar Firdaus dalam diskusi virtual, Senin (22/03/2021).

Direktur Eksekutif dan Pendiri Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) Tri Mumpuni mengatakan bahwa penyebab lain krisis air bersih adalah karena banyak orang yang tidak menghargai lingkungannya.

Baca juga: Indonesia Krisis Air, Tingkat Ketersediaan Terendah di Asia Tenggara

"Jadi lebih kepada kelakuan manusia sendiri yang tidak bisa menghargai lingkungan dan tidak bisa menghargai alam tidak tahu daya dukung alam itu seperti apa," kata dia.

Stok air di Indonesia sangat besar, namun karena banyak air yang terdekat otomatis mengurangi potensi ketersediaan air bersih.

Terlebih di kota-kota besar, hampir semua waduk sudah tercemar menjadi limbah berbahaya.

Sungai Citarum misalnya berpotensi menjadi pemasok 80 persen air bersih bagi warga Jakarta kondisinya sangat memprihatinkan dan bahkan dinobatkan sebagai sungai yang paling tercemar di dunia.

Tri mengatakan bahwa ketersediaan air bersih ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga masyarakat secara luas untuk dapat menjaga agar sumber air di lingkungannya tetap bersih dan tidak tercemar.

"Kami IBEKA bahkan terus membantu agar akses air itu bisa dinikmati oleh seluruh Masyarakat, terutama yang termarjinalkan, terpinggirkan di daerah-daerah terpencil," kata Tri.

"Yang kita lakukan adalah dengan Solar Pamping System, Hydraulic Ram Pump (hydram), dan teknologi teknologi sederhana lainnya yang mampu membawa air itu untuk bisa dinikmati oleh masyarakat," lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com