Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mudik dengan Sepeda Motor Berisiko Tinggi, Ini yang Harus Dilakukan Pemerintah

JAKARTA,KOMPAS.com - Sepeda motor masih menjadi favorit banyak masyarakat untuk melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman.

Padahal mudik dengan sepeda motor berisiko tinggi. Beban muatan yang melebihi kapasitas hingga faktor kelelahan dari pengemudi bisa menjadi penyebab kecelakaan.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menekan angka kecelakaan sepeda motor seperti  menambah kapasitas tiket transportasi publik, memperbaiki infrastruktur jalan, serta meluncurkan program mudik gratis sejak 2014.

Sayangnya, upaya tersebut belum mampu menurunkan tingkat kecelakaan mudik memakai sepeda motor.

Namun menurut Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, ada satu upaya yang belum dilakukan pemerintah.

“Pemerintah harus membatasi produksi sepeda motor berkecepatan tinggi yakni moto dengan kapasitas silinder di atas 100 cc,” jelas Djoko.

Menurutnya, sebelum tahun 2005, mudik menggunakan sepeda motor masih langka dilakukan masyarakat.

Produksi sepeda motor per tahun pun berada di kisaran 2 juta hingga 3 juta unit dengan kapasitas mesin kurang dari 100 cc.

Pemerintah mengizinkan masyarakat memiliki sepeda motor dengan dari pemberian uang muka yang rendah (bahkan bisa gratis alias tanpa uang muka) dan sistem pembelian dengan cara angsuran tiap bulan.

Kapasitas mesin sepeda motor pun perlahan mulai dinaikkan, sehingga akselerasi sepeda motor menjadi tinggi dan sangat digemari masyarakat.

Lonjakan jumlah pemudik sepeda motor saat Lebaran 2005. Berdasar data Kementerian Perhubungan jumlah sepeda motor yang dipakai untuk mudik sebanyak 1,29 juta kendaraan. Angka tersebut naik dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,79 juta sepeda motor pada 2004.

“Demi keselamatan, kebijakan industri sepeda motor memproduksi sepeda motor berkapasitas silinder di atas 100 cc perlu dipertimbangkan untuk dibatasi. Sekarang dapat dimulai dengan kendaraan listrik yang berkecepatan rendah,” papar Djoko.

Ia juga meminta pemerintah untuk menyediakan lebih banyak daya tampung angkutan massal dengan tarif terjangkau atau menyediakan lebih banyak layanan mudik gratis terutama bagi para pemudik motor.

Selain dari pemerintah, kesiapan juga perlu dilakukan oleh para pemudik itu sendiri. Memperhatikan kapasitas sepeda motor, mempersiapkan kondisi tubuh, serta menerapkan disiplin berkendara.

“Pemerintah juga harus melarang mudik sepeda motor membawa anak-anak. Apapun alasannya, setiap pemudik yang ketahuan membawa anak-anak dengan sepeda motor harus dihentikan perjalanannya,” tambah Djoko.

Memang ia mengakui, tidak ada larangan mudik menggunakan sepeda motor, tetapi jika ada alternatif lain sebaiknya dihindari.

Pasalnya, mudik memakai sepeda motor, terlebih motor bermesin kecil, sangat berbahaya dan terlalu banyak risikonya. Apalagi ketika membawa anak.

“Tentunya, semua kendaraan memiliki risiko saat di jalan. Namun sepeda motor kendaraan yang paling berisiko atau rentan, karena tubuh kita tidak dilindungi oleh bagian kendaraan tersebut,” tandas Djoko.

https://www.kompas.com/properti/read/2023/04/03/163000721/mudik-dengan-sepeda-motor-berisiko-tinggi-ini-yang-harus-dilakukan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke