Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Silicon Valley Indonesia di Sukabumi Mulai Dibangun, Ini Kata Pengamat

Hal ini ditandai dengan seremoni groundbreaking (peletakan batu pertama) di Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (09/06/2021).

Proyek yang diinisiasi oleh Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya (KSO) Budiman Sudjatmiko tersebut akan dikerjakan oleh PT Amarta Karya (Persero) atau AMKA.

Direktur Utama AMKA Nikolas Agung mengatakan, pembangunan tahap pertama akan dilakukan selama tiga tahun ke depan atau tuntas Tahun 2024.

AMKA bakal membangun infrastruktur untuk melengkapi Bukit Algoritma seperti akses jalan raya, fasilitas air bersih, pembangkit tenaga listrik, gedung konvensi, dan fasilitas lainnya.

"Kami selaku kontraktor pelaksana dipercaya oleh Kiniku Bintang Raya KSO dan menyambut baik dalam pembangunan pengembangan teknologi dan industri 4.0 di Sukabumi, Bukit Algoritma," terang Nikolas.

Dia mengklaim, proyek ini dapat meningkatkan kualitas ekonomi 4.0, pendidikan, pengembangan pusat riset untuk menampung ide anak bangsa, serta meningkatkan sektor pariwisata di Sukabumi.

Selain itu, Bukit Algoritma juga diharapkan dapat meningkatkan infrastruktur pertumbuhan tangguh berkelanjutan dan pembangunan sumber daya manusia (SDM) berbasis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Sementara Budiman mengungkapkan, Bukit Algoritma diharapkan dapat menjadi pusat penelitian dan pengembangan SDM Indonesia pada masa mendatang. 

"Sehingga, generasi muda dan anak-anak bisa menggunakan Bukit Algoritma ini sebagai penelitian, workshop, dan lain-lain tentang bagaimana kita harus mengantisipasi perkembangan ekonomi ke depannya," tutur Budiman.

Bukit Algoritma dibangun di atas lahan seluas 888 hektar yang lokasinya berada di Sukabumi, tepatnya di Kecamatan Cikadang dan Cibadak.

Butuh ekosistem yang mendukung

Sebelumnya, terdapat Sinarmas Land Group yang menginisiasi pengembangan kawasan berbasis IT ini dan belakangan mengubah brand-nya menjadi Digital Hub BSD City.

Di sini terdapat raksasa-raksasa IT macam Apple, Oracle, Gran Indonesia, Huawei, Traveloka, Amazon Web Service, Creative Nest, dan lain-lain.

Kemudian PT Sentul City Tbk dengan Sentul City Tech Center seluas 140 hektar di kawasan Sumur Batu.

Selanjutnya PT Triniti Dinamik yang saat ini sedang membangun The Smith untuk dijadikan Silicon Valley di Alam Sutera, Serpong, Tangerang.

Terbaru PT Surya Semesta Internusa Tbk yang mengembangkan Subang Smartpolitan, kota industri yang diklaim berbasis teknologi informasi yang berkelanjutan.

Mencermati fenomena ini, Head of Research JLL Indonesia Yunus Karim berpendapat, pada dasarnya Indonesia memiliki potensi sosioekonomi yang menarik bagi pebisnis data center.

Hal ini terlihat dari mulai banyaknya pemain internasional, baik operator data center, pengembang logistik, sovereign wealth fund, dan private equity yang memasuki pasar Indonesia selama beberapa tahun terakhir.

"Tentu saja ini akan mendukung program pemerintah dalam menyukseskan industri 4.0," ujar Yunus kepada Kompas.com.

Namun demikian, untuk dapat mewujudkan sebuah pusat teknologi dibutuhkan ekosistem yang mendukung.

Mulai dari penyediaan infrastruktur dasar dan penunjang, seperti multiple suplai listrik, dan beberapa konektivitas jaringan internet yang stabil, sehingga dapat menarik para perusahaan mengembangkan teknologi miliknya di tempat tersebut.

Selain persiapan fisik lokasi, kolaborasi antara pemerintah, pebisnis dan lembaga riset seperti kampus juga dibutuhkan agar tujuan pengembangan tercapai dan berkelanjutan.

Hal terpenting lainnya yang perlu disiapkan adalah ketersediaan infrastruktur dan kemudahan perizinan merupakan dua hal utama yang diperlukan untuk menarik para investor.

Membaca potensi pasar

Mudah dimafhumi jika banyak pengembang memasuki sektor kawasan terpadu dengan konsentrasi teknologi informasi, dan juga data center.

Menurut Yunus, fenomena ini didorog oleh potensi Indonesia yang cukup besar untuk menjadi pasar data center dengan jumlah pengguna internet yang tinggi dan dominasi generasi muda kelas menengah yang terus berkembang.

Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia hingga kuartal II-2020 mencapai 196,7 juta atau 73,7 persen dari total populasi.

Jumlah ini bertambah sekitar 25,5 juta pengguna dibandingkan tahun 2019 lalu.

Bahkan, Head of Industrial & Logistics JLL Indonesia Farazia Basarah memprediksi, tren peningkatan jumlah pengguna internet ini akan terus berlanjut dengan adanya pertambahan pengguna social media, pelanggan e-commerce dan mobile banking yang signifikan.

Sebagaimana perkiraan Bank Indonesia bahwa penggunaan transaksi digital melalui mobile banking akan meningkat hingga mencapai Rp 32.206 triliun.

Angka ini lebih tinggi ketimbang pencapaian tahun 2020 senilai Rp 27.036 triliun.

Selain itu, peningkatan ekonomi digital yang digerakkan oleh perusahaan start-up yang berkembang juga berdampak positif pada meningkatnya kebutuhan akan data center di Indonesia.

Untuk diketahui, laporan StartupRanking menyebutkan, Indonesia menduduki posisi lima besar dunia dengan jumlah 2.239 start-up per Juni 2021, setelah AS, India, Inggris, dan Kanada.

"Dengan dukungan dari pemerintah, data centre players akan dimudahkan dalam pengembangan dan ekspansinya di Indonesia," ujar Farazia.

Nah, untuk mengelola potensi-potensi tersebut, pemerintah masih harus bekerja keras meningkatkan infrastruktur pendukung data center.

Salah satunya dengan penyelesaian Palapa Ring dan rencana peluncuran satelit serta pengembangan konektifitas 5G.

Selain itu ada juga peningkatan jaringan kabel bawah laut melewati Indonesia yang terkoneksi dengan Singapura dan Amerika dilakukan oleh para penyedia layanan yang tentunya akan berdampak positif terhadap konektivitas di Indonesia.

Hal ini akan sangat menentukan masa depan, mengingat secara umum Indonesia bersama Ghina dan India yang diproyeksikan mengalami pertumbuhan paling signifikan di Asia Pasifik.

"Kami juga melihat para pemain lokal dan internasional telah memasuki pasar Indonesia dan diperkirakan akan melakukan ekspansi di kemudian hari," tambah Farazia.

Farazia memprediksi, aktivitas yang dilakukan oleh para investor dan pemain data center akan makin meningkat pada tahun-tahun ke depan.

"Penyediaan data center ini juga dimungkinkan tidak hanya di Jabodetabek, tetapi juga merambah kota-kota besar lain di Indonesia," tuntas dia.

https://www.kompas.com/properti/read/2021/06/10/200000521/silicon-valley-indonesia-di-sukabumi-mulai-dibangun-ini-kata-pengamat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke