Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tiga Cara Industri Mal Bertahan dari Gempuran Monster Marketplace

Akibat sejumlah kebijakan pembatasan yang diberlakukan di setiap negara, industri mal semakin sepi dan terancam tutup.

Meski demikian, jauh sebelum Pandemi Covid-19, industri mal juga telah mengalami tantangan yang serius.

Mereka harus berkompetisi ketat dengan industri ritel daring seperti marketplace yang makin menyihir bak monster dan drakula yang menyedot "dana" masyarakat.

Keduanya bersaing secara ketat, melakukan promosi dan diskon besar-besaran untuk menggaet konsumen.

Melansir riset AT Kearney, menghidupkan kembali industri mal pada masa depan bukan sesuatu hal yang mustahil. Kesempatan agar industri ini tetap berjaya masih terbuka lebar.

"Namun demikian, kesempatan ini mesti diiringi dengan sejumlah perubahan signifikan terutama dalam hal konsep dan model bisnis," tulis Partner AT Kearney Michael Brown.

Langkah atau perubahan yang dilakukan ini tentunya berdasarkan masukan dan keinginan konsumen pada masa depan.

Kearney menyebut setidaknya ada tiga hal yang mesti dilakukan pemain di industri mal untuk tetap bertahan:

1. Menambah opsi pelayanan

Industri mal sejatinya berbeda dengan industri ritel daring atau marketplace. Perbedaan mendasarnya yaitu industri mal lebih banyak memberikan pelayanan secara fisik.

Namun demikian, meski sifatnya serba fisik, tak ada salahnya jika industri mal juga memberikan banyak opsi pelayanan lain kepada calon pembelinya.

Misalnya pelayanan secara daring, bahkan hingga pengantaran sampai ke rumah pembeli.

Hal ini menyusul perubahan pola aktivitas masyarakat, termasuk dalam hal berbelanja.

Masyarakat semakin terbiasa berbelanja secara daring dan diam di rumah sambil menunggu pesanannya datang.

Selain itu, Kearney juga menyebut bahwa banyak konsumen yang rela membayar tambahan uang atau biaya untuk jasa pengantaran.

Karenanya hal ini dapat menjadi peluang bagi industri mal untuk menambah opsi pelayanannya dengan tetap mempertahankan toko fisiknya.

2. Adaptasi fasilitas teknologi sesuai kebutuhan masyarakat

Kearney menyebut tren masa depan mal atau pusat perbelanjaan akan sama seperti semua toko-toko lain baik luring ataupun daring. Kuncinya adalah kemudahan dalam berbelanja.

Industri mal yang dapat bertahan yaitu yang mengutamakan dan menyesuaikan keinginan konsumen dan mengakomodasi pola perubahan perilaku berbelanja masyarakat.

Saat ini, industri mal mesti memberikan berbagai fasilitas canggih yang semakin memudahkan masyarakat dalam berbelanja.

Misalnya aktivasi suara hingga teknologi pintar dan layanan berlangganan dalam berbelanja.

Hal itu telah mendefinisikan ulang cara konsumen berinteraksi dengan lingkungan belanja mereka.

Dalam menghadapi semua perubahan ini, penting bagi operator mal untuk mengetahui praktik mana yang harus dilanjutkan, mana yang harus dihentikan, dan taktik, strategi, serta alat baru mana yang harus diadopsi.

Maju atau tidaknya industri mal sangat ditentukan oleh kemampuan operator atau pengelola mal untuk bertranformasi.

Setidaknya ada tiga hal utama yang akan menentukan masa depan mal, yaitu konsumen, teknologi, dan pertimbangan komersial seperti letak dan jarak mal, harga, hingga opsi pelayanan.

3. Perubahan konsep dan suasana mal

Kearney meyakini bahwa industri mal masih akan terus diminati. Sifatnya yang serba fisik mulai dari pelayanan sampai dengan barang yang dijual dan dapat dilihat secara langsung tentu menjadi keunggulanya hingga saat ini.

Dalam laporan surveinya pada tahun 2019, Kearney menyebut sebanyak 75 persen konsumen lebih suka menemukan produk di toko fisik atau di mal.

Sementara survei lanjutannya tentang pengalaman berbelanja pada Oktober 2020 menemukan 53 persen konsumen merasa bahwa mereka paling menikmati pengalaman ritel fisik dan pilihan belanja baru.

Namun demikian, konsumen membutuhkan perubahan konsep dan suasa mal yang menawarkan beragam perbedaan dan kelengkapan fasilitas.

Mal tak hanya menjadi tempat orang untuk berbelanja tetapi juga dapat memfasilitasi untuk berbagai kegiatan termasuk bekerja, mencari hiburan, olahraga, bahkan aktivitas dan kegiatan yang lainnya.

https://www.kompas.com/properti/read/2021/02/07/223037621/tiga-cara-industri-mal-bertahan-dari-gempuran-monster-marketplace

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke