Sebab, patogen yang terdapat di tanaman sakit berisiko menyebar saat proses pengomposan. Akibatnya, tanaman yang mendapatkan kompos tersebut berisiko terserang patogen yang sama seperti tanaman sebelumnya.
Sebaiknya, tanaman yang sakit dibakar atau dikirim ke pengolahan limbah agar tidak menular ke tanaman lain.
Baca juga: Cara Membuat Kompos untuk Tanaman dari Kulit Semangka
Gulma juga bisa menjadi bahan pengomposan. Namun, perlu diketahui bahwa gulma dengan akar invasif sebaiknya tidak ditambahkan dalam pengomposan.
Sebab, sisa akar gulma invasif bisa tumbuh dan menyebabkan lahan budidaya dipenuhi gulma tersebut. Hal serupa juga berlaku pada gulma yang sudah berbiji.
Jika kompos tidak cukup panas, maka biji gulma tidak akan mati dan saat diaplikasikan biji tersebut akan kembali tumbuh.
Apabila ingin menambahkan gulma ke tumpukan kompos, maka buatlah menjadi pupuk cair. Caranya, rendam gulma dalam air selama satu bulan, lalu saring. Cairan yang dihasilkan bisa diencerkan dan diaplikasikan ke lahan budidaya.
Baca juga: Cara Membuat Pupuk Kompos dari Limbah Eceng Gondok
Kesalahan saat pengomposan lainnya yaitu tidak membalik kompos. Jika kompos tidak dibalik, maka aerasi dalam kompos akan terganggu dan proses pengomposan menjadi lebih lama. Ciri kompos tidak memiliki aerasi yang baik yaitu muncul aroma tak sedap seperti telur busuk.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.