JAKARTA, KOMPAS.com - Produk elektronik rumah tangga seperti televisi, kulkas, lemari es, dan sebagainya sangat dibutuhkan untuk memudahkan pekerjaan dan kegiatan di rumah. Permintaan akan produk elektronik rumah tangga pun tetap tinggi.
Dalam pembelian produk elektronik rumah tangga, tidak semua masyrakat bisa membelinya dengan tunai. Tidak sedikit masyarakat melakukan pembelian produk elektronik rumah tangga dengan fasilitas pembiayaan dari perusahaan pembiayaan atau multifinance.
Namun demikian, di tengah berbagai kondisi ekonomi yang dihadapi, seperti dicabutnya subsidi bahan bakar minyak (BBM),) kenaikan inflasi, hingga risiko resesi global akibat konflik Rusia-Ukraina, apakah pembiayaan produk elektronik rumah tangga masih menjanjikan?
Baca juga: 5 Alat Elektronik yang Menguras Banyak Listrik
Menurut Suwandi Wiratno, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) pada masyarakat Indonesia cenderung konsumtif. Ia meyakini prospek pembiayaan produk elektronik masih akan cerah, meskipun ada banyak tantangan.
Namun demikian, dengan kondisi ekonomi masyarakat yang menantang, ia memandang perusahaan pembiayaan akan lebih selektif dalam menyalurkan pembiayaan untuk barang-barang konsumsi seperti produk elektronik.
Ini dilakukan untuk meminimalisir risiko kenaikan rasio pembiayaan macet atau non performing financing (NPF).
Sementara itu, Kepala Departemen Pengawasan IKNB 2B Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bambang W Budiawan menyatakan, prospek pembiayaan produk elektronik bisa terpengaruh oleh kondisi ekonomi. Sebab, menurut dia, kebanyakan nasabah pembiayaan produk elektronik adalah masyarakat menengah ke bawah.
Baca juga: 6 Peralatan Elektronik yang Dapat Jadi Tempat Persembunyian Jamur
"Kalau dilihat volume (pembiayaan barang-barang elektronik) memang besar, tapi transaksinya tidak besar, cuma Rp 3 juta sampai Rp 4 juta," kata Bambang pada Executive Multifinance Forum yang digelar Infobank dengan tema Tantangan dan Masa Depan Perusahaan Pembiayaan di Tengah Ancaman Resesi Global, Kamis (15/9/2022).
Bambang pun mengakui, perusahaan pembiayaan pun jauh lebih selektif dalam menyalurkan pembiayaan untuk barang-barang elektronik. Ia memberi gambaran, persentase persetujuan pembiayaan barang elektronik hanya 7 sampai 10 persen dari total pengajuan.