Ada Pameran Kolaborasi Furnitur dan Seni Kontemporer di Senayan City

JAKARTA, KOMPAS.com – Murai Art Projects menggelar pameran kolaborasi furnitur dan seni kontemporer di GF-10 mal Senayan City, Jakarta, pada 28 Oktober-4 November 2022.

Adapun kolaborasi bertajuk “Timeless Creativity—A Different Kind of Canvas” ini dilakukan dengan menggaet Laurence Howell selaku desainer furnitur, serta para seniman lokal yaitu Naufal Abshar dan Bunga Yuridespita.

Melalui pameran tersebut, pengunjung tidak hanya bisa menikmati beberapa furnitur yang ditampilkan, juga karya seni yang menghiasi deretan furnitur tersebut.

Salah satu pendiri Murai Art Projects, Yudi Wanandi, mengungkapkan bahwa kolaborasi dilakukan guna menjadi contoh bagi para seniman untuk lebih berkreasi.

“Tantangan untuk melukis enggah harus di zona nyaman yakni kanvas. Kami menantang mereka berkarya di medium lain (furnitur),” tuturnya dalam konferensi pers Timeless Creativity—A Different Kind of Canvas di mal Senayan City, Jakarta, Kamis (27/10/2022).

Salah satu pendiri Murai Art Projects, Ari Sanjaya, menuturkan hal yang sama. Pameran yang telah direncanakan sejak sebelum pandemi Covid-19 ini bertujuan untuk menciptakan ruang bagi para seniman.

Menurut Ari, ruang ini dimaksudkan agar mereka tidak terpaku pada kanvas saja sebagai medium untuk melukis.

“Enggak cuma melukis di kanvas, tetapi kawin silang antara seni dengan desain. Enggak cuma (desain) furnitur, ke depan mungkin bisa arsitektur. Seni itu enggak cuma begitu aja,” terang Ari.

Yudi melanjutkan, ini adalah kolaborasi seni yang belum pernah ada di Indonesia sebelumnya lantaran menggabungkan lukisan dengan furnitur.

Kolaborasi desainer furnitur dengan para seniman

Sebanyak tujuh karya desainer furnitur Laurence Howell ditampilkan di Timeless Creativity—A Different Kind of Canvas, mulai dari meja makan berbentuk persegi panjang dan bundar, hingga lemari penyimpanan minuman.

Setiap furnitur memiliki tampilan yang unik dan berbeda-beda. Sebab, mereka telah dihias oleh Naufal dan Bunga.

Untuk Naufal sendiri, ia berkerasi di meja makan persegi panjang dan bulat, serta lemari penyimpanan koleksi jam tangan.

Menurut Naufal, kolaborasi ini menarik karena membuatnya harus keluar dari zona nyaman. Jika dalam dunia seni yang paling diperhatikan adalah estetika dan konsep, ia harus turut memikirkan fungsi.

“Kolaborasi sama furnitur, yang mana ketika furnitur semuanya tentang fungsi bukan estetika. Di seni, estetika nomor satu, lalu konsep. Prosesnya menarik ini karena di luar zona nyaman,” ujarnya.

Karya penuh arti

Naufal mengungkapkan, setiap karya memiliki cerita tersendiri. Untuk meja makan persegi panjang, furnitur karya Howell yang telah dilukis Naufal ini memiliki tema Diversity of Story.

“Konsepnya ngomongin soal beragam cerita. Menurutku, paling menarik itu meja makan karena (ada) momen yang tepat untuk bertukar cerita dengan teman atau keluarga, terutama saat makan malam,” jelasnya.

Guna menunjukkan konsep tersebut, Naufal membuat kolase dari majalah dan koran tua. Lalu, mereka didigitalisasi dan dicetak ke permukaan meja.

Sementara untuk meja makan bundar, temanya adalah Circle of Creativity. Ini mengacu pada kreativitas yang memungkinkan setiap manusia untuk mewujudkan apa pun yang diinginkan.

“Kreativitas itu paling penting. Enggak ada kreativitas, enggak ada yang akan terjadi. Kreativitas itu absolut untuk seniman,” imbuh Naufal.

Untuk Bunga sendiri, ia berkarya pada satu lemari penyimpanan jam tangan wanita, serta dua lemari penyimpanan minuman.

Selama proses melukis, ia mencoba memainkan bentuk-bentuk yang ada, seperti area lemari yang menjorok ke dalam diberi konsep ilusi penglihatan.

“Untuk mencapai kualitas interaktif antara penikmat dengan hasil akhirnya, saya memanfaatkan permukaan luar lemari dan juga kualitas tiga dimensi dari desain lemari,” tutur Bunga.

Selama proses kolaborasi furnitur dan seni kontemporer ini, Bunga mengungkapkan bahwa ia sempat mengalami kesulitan terkait cat.

Sebab, cat yang digunakan pada furnitur merupakan cat khusus yang belum pernah ia gunakan sebelumnya.

“Awal pewarnaan sangat sulit karena banyak kombinasi material dan cat yang ternyata enggak bisa diaplikasikan selayaknya melukis di kanvas. Jadi, banyak adaptasi dan toleransi sama karya furnitur ini,” jelas Bunga.