Ukraina pun mengatakan pasukannya telah menghadapi serangan kimia yang meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Pada awal tahun lalu, kantor berita Reuters melaporkan bahwa pasukan Rusia telah menggunakan granat berisi gas air mata yang mengandung chloroacetophenone (CN) dan chlorobenzylidenemalononitrile (CS).
Menurut laporan tersebut, setidaknya 500 tentara Ukraina dirawat karena terkena gas beracun. Salah satu dari mereka mati lemas akibat gas air mata.
Tiga organisasi Rusia yang terkait dengan program senjata biologi dan kimia telah mendapat sanksi dari Departemen Luar Negeri karena terkait dengan produksi bahan kimia.
Perusahaan lain yang berkontribusi pada entitas pemerintah juga terkena sanksi.
Baca juga: AS Hancurkan Senjata Kimia, Tak Ada Lagi Sisa Stok di Dunia
Pada 2017, OPCW mengatakan Rusia telah menghancurkan stok senjata kimia terakhir dari era Perang Dingin, seperti yang diwajibkan oleh CWC.
Namun menurut House of Commons Library—layanan riset dan informasi yang berbasis di Parlemen Inggris, Moskwa sejak saat itu dituding mengeluarkan pernyataan yang tidak lengkap mengenai cadangannya.
Sejak 2017, Rusia diduga terlibat dalam setidaknya dua serangan kimia. Serangan pertama menyasar seorang mantan petugas intelijen Uni Soviet di Salisbury, Inggris pada 2018. Kemudian pada 2020, pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny diracuni.
AS kemudian menerapkan paket sanksi terhadap 30 orang, termasuk tiga orang yang diduga terlibat dalam kematian Navalny.
Rusia membantah tuduhan keterlibatannya dalam kematian pemimpin oposisi tersebut. Namun, istri Navalny menuduh Presiden Putin bertanggung jawab atas kematian suaminya.
Sementara itu, pasukan Rusia di timur Ukraina terus bergerak maju jelang peringatan Hari Kemenangan pada 9 Mei, yakni hari yang memperingati kemenangan Soviet pada Perang Dunia II.
Sebagian besar pertempuran kini terjadi di sekitar Chasiv Yar, sebuah wilayah yang dikuasai oleh Kyiv dan sedang berupaya dijangkau oleh Rusia setelah mengambil alih Kota Avdiivka.
Moskwa diyakini ingin mengambil alih Chasiv Yar sebelum hari peringatan tersebut.
Di tengah situasi itu, Presiden Volodymyr Zelensky memecat Kepala Departemen Keamanan Siber Dinas Keamanan Ukraina Illya Vityuk karena diduga menyalahgunakan kewenangan untuk menekan jurnalis yang melaporkan kasus dugaan korupsinya.
Jurnalis itu dipanggil ke pusat perekrutan militer sehingga komandan militer Oleksandr Syrskyi membuka investigasi atas kasus itu.