Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Virdika Rizky Utama
Peneliti PARA Syndicate

Peneliti PARA Syndicate dan Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik, Shanghai Jiao Tong University.

Asia Tenggara Menuju Penuaan Penduduk

Kompas.com - 01/04/2024, 15:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Populasi yang lebih tua dapat menyebabkan penurunan jumlah anggota militer, yang berpotensi berdampak pada kemampuan keamanan dan pertahanan nasional.

Selain itu, beban ekonomi untuk mendukung populasi tua dapat mengalihkan sumber daya dari pengeluaran pertahanan, yang selanjutnya memengaruhi keseimbangan geopolitik di kawasan ini.

Negara-negara di Asia Tenggara harus menyikapi dinamika perubahan ini dengan hati-hati. Kebijakan luar negeri dan strategi keterlibatan regional mereka mungkin perlu dikalibrasi ulang untuk memperhitungkan realitas demografis.

Seiring dengan penuaan populasi, mereka mungkin akan memprioritaskan upaya diplomatik yang menjamin stabilitas regional dan mendorong kerja sama ekonomi untuk mengurangi dampak dari penuaan tenaga kerja.

Pendekatan mereka terhadap isu-isu regional dan tantangan global akan lebih berhati-hati, yang berdampak pada peran dan pengaruh di ASEAN dan sekitarnya.

Perubahan demografis dapat berdampak signifikan pada lanskap politik. Di satu sisi, David Hutt (2024) menunjukkan bahwa populasi yang menua cenderung mendukung kebijakan yang mempertahankan status quo dan lebih condong ke arah otoritarianisme sayap kanan.

Hal ini dapat memicu peningkatan pengeluaran untuk pertahanan dan penerapan kebijakan nasionalis di negara-negara dengan populasi yang semakin tua.

Di sisi lain, generasi muda menunjukkan dinamika berbeda. Penelitian oleh World Bank (2017) dan Weiyu Zhang (2022) mengungkapkan bahwa generasi muda cenderung kehilangan ketertarikan dan kepedulian terhadap demokrasi.

Namun, di Asia Tenggara, penurunan jumlah anak membebaskan orang dewasa muda dari tanggung jawab keluarga tradisional, yang berpotensi memicu peningkatan aktivisme politik.

Dengan tanggungan yang lebih sedikit, mereka lebih berani mengambil risiko, termasuk berpartisipasi dalam protes, yang dapat meningkatkan ketegangan sosial dan dinamika politik.

Dalam konteks Indonesia, populasi yang menua menghadirkan tantangan dan peluang. Di satu sisi, negara ini harus mempersiapkan diri untuk menghadapi peningkatan permintaan akan layanan kesehatan dan perlindungan sosial bagi para lansia.

Hal ini akan membutuhkan peningkatan pengeluaran pemerintah dan pengembangan sistem pensiun dan perawatan kesehatan yang komprehensif dan berkelanjutan.

Di sisi lain, pergeseran demografis menawarkan peluang untuk memanfaatkan potensi populasi yang lebih muda dan lebih aktif secara politik.

Dengan jumlah anak yang lebih sedikit, orang dewasa muda memiliki lebih banyak waktu dan tanggung jawab lebih sedikit, sehingga berpotensi meningkatkan keterlibatan dan aktivisme politik.

Dari perspektif kebijakan, Indonesia dan negara-negara tetangga di Asia Tenggara perlu mengadopsi pendekatan multi-dimensi untuk mengatasi tantangan-tantangan yang ditimbulkan oleh populasi yang menua.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com