Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Israel Menang Perang Melawan Hamas? Ini Kata Pengamat

Kompas.com - 02/02/2024, 13:20 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber ABC News

TEL AVIV, KOMPAS.com - Perang yang terjadi antara Israel dengan kelompok Hamas masih berlangsung sampai sekarang di Jalur Gaza Palestina.

Banyak korban jiwa berjatuhan karena dipicu serangan Hamas di Israel pada 7 Oktober 2023 yang lalu hingga menewaskan sebanyak 1.200 orang.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan perang dan bersumpah untuk menghancurkan kelompok Hamas.

Baca juga: Israel Setuju Gencatan Senjata 6 Pekan di Gaza, Bagaimana dengan Hamas?

Di balik layar, tujuan perang Israel untuk memberantas Hamas kini perlahan-lahan melunak daripada menghancurkan Hamas secara keseluruhan.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant membayangkan jalan menuju kemenangan yang akan menghasilkan demiliterisasi Jalur Gaza dan penghapusan Hamas sebagai badan pemerintahan di Gaza.

Setelah hampir empat bulan berperang dan tidak ada tanda-tanda akan berakhir, kini muncul pertanyaan mengenai apakah Israel akan mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan di Gaza?

Dikutip dari ABC News pada Kamis (1/2/2024), di Israel setidaknya 1.200 orang tewas dan 6.900 lainnya terluka sejak 7 Oktober 2023, menurut kantor perdana menteri Israel.

Sejak itu, lebih dari 27.000 orang tewas di Gaza dan lebih dari 65.000 lainnya terluka, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas.

Para pejabat Israel mengatakan 556 tentara Pasukan Pertahanan Israel telah tewas, termasuk 221 orang sejak operasi darat di Gaza dimulai.

Menurut pejabat Israel, sekitar seperempat pejuang Hamas di Gaza telah dilenyapkan. Diperkirakan terdapat 30.000 pejuang Hamas.

Baca juga: Mantan Perwira CIA Dihukum 40 Tahun Penjara karena Bocorkan Data Rahasia

Menurut penilaian intelijen yang dilaporkan oleh Wall Street Journal, sekitar 80 persen jaringan terowongan Hamas masih utuh.

Bagi sebagian pengamat, jumlah tersebut masih jauh dari perkiraan, mengingat kerusakan yang luas akibat aksi pengeboman Israel sejauh ini di Jalur Gaza.
Hamas sebelumnya mengklaim telah membangun terowongan sepanjang 500 kilometer di bawah Gaza.

Pensiunan Mayor Jenderal Giora Eiland, yang bertugas dalam perang Yom Kippur dan Lebanon Pertama dan mengepalai Dewan Keamanan Nasional Israel dari 2004-2006 memberikan analisanya.

Ia mengatakan kepada ABC News bahwa IDF mencapai kemenangan militer taktis yang signifikan melawan Hamas, namun sejauh ini belum mencapai kemenangan untuk menimbulkan kekalahan strategis pada kelompok Hamas.

"Dari sudut pandang militer, operasi di Gaza cukup berhasil. Kami berhasil menghancurkan banyak fasilitas militer, amunisi dan senjata. Kami berhasil menetralisir banyak terowongan," ujarnya.

"Tetapi hal ini membutuhkan waktu lebih lama dari yang diharapkan. Saya bahkan mengatakan bahwa Hamas tidak benar-benar merasakan tekanan yang sebenarnya," imbuh dia.

Eiland mengatakan dia sangat mendukung kelanjutan perang dan melakukan blokade penuh bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Penerapan kembali blokade semacam itu hampir pasti tidak dapat diterima oleh Amerika Serikat dan sekutu Israel lainnya, terutama setelah Israel dipaksa untuk membela diri terhadap tuduhan genosida yang dilakukan oleh Afrika Selatan di Mahkamah Internasional.

Daniel Levy, presiden Proyek AS/Timur Tengah, sebuah lembaga kebijakan nirlaba yang berfokus pada kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah, mengatakan, meski perang dilakukan cukup intensif, tetapi Hamas masih utuh.

Baca juga: AS Bakal Serang Sasaran Iran di Suriah dan Irak

"Terjadi beberapa pembunuhan terhadap pejuang Hamas. Jelas ada pengurangan jumlah roket Hamas. Namun Hamas masih ada," katanya.

Banyak pengamat sejak awal perang mempertanyakan kemungkinan menghancurkan Hamas mengingat sifatnya sebagai sebuah gerakan dalam masyarakat Palestina, dan operasi Israel sendiri berpotensi memicu lebih banyak dukungan terhadap Hamas, menurut Levy.

"Hamas adalah gerakan perlawanan. Itu sebuah ide. Jadi gagasan bahwa hal tersebut dapat dikalahkan bukanlah sebuah pemahaman realistis Israel terhadap kenyataan yang mereka jalani," jelasnya.

Para sandera di Hamas

Kekhawatiran juga meningkat di Israel mengenai apakah tujuan menghancurkan Hamas mungkin bertentangan dengan penyelamatan sandera yang tersisa di Gaza.

Sekitar 136 sandera masih disandera oleh Hamas. Setidaknya 33 dari sandera tersebut diyakini tewas di penawanan Hamas, dan jenazah mereka masih ditahan di Gaza, menurut kantor perdana menteri Israel dan IDF.

Ada gencatan senjata sementara pada akhir November ketika Hamas membebaskan lebih dari 100 orang yang disandera oleh militannya dalam serangan mendadak pada 7 Oktober terhadap Israel.

Sebagai imbalannya, Israel membebaskan lebih dari 200 warga Palestina dari penjara Israel.

Dalam perselisihan paling besar dalam kabinet perang sejauh ini, purnawirawan Jenderal Gadi Eisenkot, yang putranya tewas dalam pertempuran di Gaza, secara terbuka mengkritik kepemimpinan Netanyahu.

Dalam komentarnya bulan ini di Channel 12 News Israel, dikatakan bahwa peluang tertinggi untuk mengamankan para sandera ialah menyetujui gencatan senjata.

Baca juga: Seperti Ini Perjalanan Konflik AS dan Iran, padahal Dulu Berteman

"Saat ini ada ketegangan yang meningkat antara keduanya, katakanlah, tujuan perang. Di satu sisi, untuk menghancurkan Hamas, dan di sisi lain, untuk membebaskan para sandera. Hamas memahami hal ini dengan sangat baik," ungkap Eiland.

"Perundingan untuk membebaskan sandera yang tersisa terus berlanjut, namun desakan Hamas agar mereka dibebaskan dengan imbalan gencatan senjata permanen, dan penarikan penuh Israel dari Gaza, akan menunjukkan kekalahan bagi Israel," jelas Eiland.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com