Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Skandal Korupsi Terbesar Asia Tenggara Terjadi di Vietnam

Kompas.com - 02/01/2024, 17:08 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Pejabat yang menjadi sorotan korupsi

Tuong Vu, seorang profesor ilmu politik di Universitas Oregon di AS, mengatakan Trong sekarang dapat mengarahkan perhatiannya pada beberapa target yang lebih besar, termasuk mantan bos partai di Kota Ho Chi Minh, Le Thanh Hai, yang dikenal sebagai "pejabat paling korup di Vietnam".

Hai adalah pimpinan politik di pusat bisnis di wilayah selatan negara tersebut selama berpuluh-puluh tahun, dan meskipun ia telah mendapat tekanan pada tahun 2020, ketika para pembasmi korupsi mengetahui bahwa komitenya telah melakukan tindakan yang tidak pantas, ia sejauh ini terhindar dari tuntutan hukum.

"Ada kemungkinan bahwa Hai adalah yang berikutnya. Dia juga dikenal dekat dengan mantan Perdana Menteri Nguyen Tan Dung, yang mungkin masih menjadi target," kata Tuong Vu, merujuk pada tokoh politik kelas berat yang dikalahkan Trong pada tahun 2016.

Memang benar, para analis menyatakan bahwa Hai dan Dung mungkin adalah dua orang terkaya di Vietnam pada tahun 2010-an berkat dugaan pengawasan terhadap jaringan korupsi yang luas di Vietnam selatan.

"Tidak ada keraguan bahwa akan ada lebih banyak skandal dan penangkapan besar yang akan terjadi,” ujar jurnalis yang tinggal di Kota Ho Chi Minh, Michael Tatarski, yang menulis tentang politik Vietnam di blog Vietnam Weekly miliknya.

"Penyelidikan signifikan terhadap penambangan pasir sedang dilakukan,” dan tampaknya polisi sedang mengamati sektor energi terbarukan dan Vietnam Electricity, perusahaan listrik terbesar di negara tersebut, tambahnya.

Namun, ada kekhawatiran bahwa skala korupsi yang terungkap saat ini akan mengganggu stabilitas ekonomi negara tersebut.

Baca juga: Alasan Kenapa di Vietnam Lebih Banyak Pria daripada Wanita

Sektor swasta Vietnam merasakan dampaknya

Ketika sejumlah perusahaan swasta terkena tuduhan korupsi tahun lalu, ada anggapan bahwa kampanye antikorupsi mulai memengaruhi kepercayaan dunia usaha.

Laporan yang bocor di media menyatakan bahwa pejabat pemerintah daerah dan pegawai negeri sipil menolak menandatangani perjanjian investasi infrastruktur yang sangat dibutuhkan, karena khawatir mereka nantinya akan dituduh melakukan korupsi jika proyek pembangunan tidak berjalan sesuai rencana.

Peneliti tamu di Program Studi Vietnam di ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura, Nguyen Khac Giang, menyatakan investigasi ini bukanlah yang pertama kalinya dilakukan terhadap sebuah perusahaan swasta, namun sejauh ini merupakan yang terbesar.

Dia mengatakan bahwa pada 2022, pimpinan perusahaan properti dan rekreasi FLC Group dan anak perusahaannya Bamboo Airlines, Trinh Van Quyet ditangkap atas tuduhan manipulasi pasar saham, sementara beberapa bulan kemudian, Do Anh Dung, yang merupakan pimpinan asosiasi pengembangan properti Tan Hoang Minh, ditahan karena dicurigai melakukan penipuan perampasan aset.

Tran Qui Thanh, bos Tan Hiep Phat Group, produsen minuman swasta terbesar di negara tersebut juga ditangkap pada bulan April lalu atas dugaan penyelewengan aset.

Mengingat yang telah terjadi sejauh ini, skandal korupsi terbaru "mungkin tidak akan semakin memperburuk kepercayaan dunia usaha di Vietnam, atau menimbulkan rasa takut untuk diselidiki,” kata Giang.

Memang, sumber-sumber lain telah membuat argumen serupa, mengatakan bahwa kepercayaan bisnis lebih terguncang oleh investigasi pertama terhadap korupsi sektor swasta dan bahwa komunitas bisnis di Vietnam sekarang telah terbiasa dengan gagasan bahwa Partai Komunis mungkin sedang mengawasi mereka.

Baca juga: Dibandingkan Indonesia, Kenapa Kopi Starbucks Sulit Laku di Vietnam?

"Kegagalan peraturan"

Salah satu dari banyaknya tuduhan terhadap Truong My Lan dan rekan-rekannya adalah bahwa mereka diduga menyuap penyelidik selama bertahun-tahun agar mengabaikan ketidaksesuain neraca keuangan di Saigon Commercial Bank.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com