Mempertahankan hubungan dekat dengan kedua negara, Indonesia mungkin menemukan dirinya dalam situasi yang menantang di mana Indonesia mungkin perlu condong ke satu sisi di atas sisi lainnya, sehingga merenggangkan hubungan diplomatiknya dan berpotensi mengganggu keamanan regional.
Indonesia selalu berusaha untuk menyeimbangkan hubungan dengan negara-negara besar, sekaligus memperjuangkan peran sentral ASEAN dalam diplomasi regional.
Oleh karena itu, kemungkinan meningkatnya ketegangan Tiongkok-Jepang tidak diragukan lagi akan menguji strategi yang telah berlangsung lama ini.
Selain itu, potensi penggunaan klaim historis oleh Tiongkok untuk menegaskan kedaulatan atas Okinawa dapat menciptakan preseden yang meresahkan, terutama dalam konteks sengketa Laut Tiongkok Selatan yang sedang berlangsung.
Meskipun Indonesia bukan penuntut langsung di perairan yang disengketakan ini, Indonesia telah menghadapi insiden dengan Tiongkok atas hak penangkapan ikan di sekitar Kepulauan Natuna.
Pengesahan klaim historis yang luas berpotensi membahayakan kedaulatan maritim Indonesia, dan menciptakan tantangan geopolitik bagi negara ini.
Secara ekonomi, masalah Okinawa dapat membawa implikasi yang signifikan bagi Indonesia. Baik Tiongkok maupun Jepang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia.
Kedua negara ini merupakan mitra dagang utama Indonesia dan sumber investasi asing langsung yang penting.
Oleh karena itu, setiap gangguan terhadap stabilitas ekonomi kedua negara tersebut dapat berdampak buruk pada pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia.
Untuk menghadapi tantangan-tantangan ini, Indonesia perlu menerapkan strategi multi-cabang. Salah satu aspek dari pendekatan ini adalah dengan memperkuat peran diplomatik aktifnya.
Sejalan dengan kebijakan luar negeri 'bebas aktif' dan peran sentralnya di ASEAN, Indonesia harus memfasilitasi dialog dan negosiasi damai antara Tiongkok dan Jepang.
Memanfaatkan platform seperti KTT Asia Timur atau ASEAN Plus Three dapat bermanfaat dalam mengadvokasi resolusi damai ini.
Sejalan dengan upaya diplomatik ini, Indonesia, sebagai anggota terbesar ASEAN, harus memperkuat sentralitas asosiasi dalam mengelola isu-isu regional.
Potensi perselisihan antara Tiongkok dan Jepang tidak boleh mengalahkan kepentingan strategis ASEAN dalam menjaga stabilitas dan perdamaian regional.
Sebagai bagian dari strategi ini, Indonesia juga harus memperkuat diplomasi hukumnya dengan mengadvokasi penggunaan hukum internasional dalam menyelesaikan sengketa teritorial, khususnya Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS).