TEHERAN, KOMPAS.com - Unit polisi Iran yang lebih dikenal dengan sebutan "polisi moral" akan kembali melanjutkan patroli kontroversial untuk memastikan para perempuan mematuhi aturan berpakaian dan menutupi rambut mereka di depan umum.
"Polisi moral akan kembali turun ke jalan untuk menegakkan hukum jilbab Iran," kata seorang juru bicara polisi moral Iran pada Minggu (16/7.2023), sebagaimana dilaporkan media pemerintah, Tasnim.
Keputusan melanjutkan patrol jilbab mengemuka 10 bulan setelah seorang perempuan muda bernama Mahsa Amini meninggal dalam tahanan.
Baca juga: AS Tak Lihat Perubahan Perlakuan Iran terhadap Perempuan Setelah Kabar Polisi Moral Dibubarkan
Mahasa Amini ditangkap polisi moral di Teheran karena diduga melanggar aturan berpakaian.
Kematiannya memicu protes nasional besar-besaran dan patroli jilbab dihentikan sementara.
Namun, kelompok Islam garis keras di Iran telah menuntut agar patroli dilanjutkan.
Di bawah hukum Iran, yang didasarkan pada interpretasi negara tentang hukum Syariah Islam, perempuan harus menutupi rambut mereka dengan jilbab dan mengenakan pakaian panjang yang longgar untuk menyamarkan tubuh mereka.
Satuan polisi moral bertugas untuk memastikan aturan-aturan itu dipatuhi, dan menahan orang-orang yang dianggap berpakaian "tidak pantas".
Selama melakukan patroli, para petugas awalnya akan memperingatkan perempuan yang tidak mematuhi aturan, kata juru bicara polisi, Saeed Montazerolmahdi, seperti dikutip kantor berita Tasnim.
"Jika perempuan tersebut tidak mematuhi perintah, polisi kemudian dapat memilih tindakan hukum," tambahnya.
Baca juga: Media Pemerintah Iran Bantah Polisi Moral Dibubarkan
Mahsa Amini (22) sedang mengunjungi ibu kota Teheran bersama keluarganya pada September 2022 lalu ketika dia ditangkap oleh polisi moral dan dituduh mengenakan jilbab secara tidak benar.
Dia pingsan setelah dibawa ke pusat penahanan untuk "dididik".
Pada saat itu, ada laporan bahwa petugas memukul kepala Amini dengan tongkat dan membenturkan kepalanya ke salah satu kendaraan mereka.
Itu membuat marah jutaan orang Iran, yang menyebabkan protes anti-pemerintah selama berbulan-bulan.
Protes itu menyebabkan hampir 600 pengunjuk rasa tewas. Beberapa di antara mereka tewas dieksekusi aparat.