NEW YORK CITY, KOMPAS.com - Dua senator AS meminta TikTok untuk menjelaskan apa yang mereka sebut tanggapan menyesatkan dan tidak akurat tentang bagaimana TikTok menyimpan dan menyediakan akses ke data pengguna AS.
Ini dilakukan setelah laporan berita baru-baru ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana platform media sosial milik China itu menangani beberapa informasi sensitif.
Dalam surat yang dikirim Selasa (7/6/2023) kepada CEO TikTok Shou Zi Chew, Senator AS Richard Blumenthal dan Marsha Blackburn mengutip laporan dari Forbes, yang mengatakan TikTok telah menyimpan informasi keuangan pembuat konten AS yang dibayar oleh perusahaan, termasuk nomor Jaminan Sosial dan pajak mereka di server China.
Baca juga: Mantan Petinggi TikTok Sebut China Punya Kredensial Tuhan, Bisa Akses Semua Data Pengguna
Dilansir dari Associated Press, para senator juga mengutip laporan lain dari The New York Times, yang diterbitkan pada akhir Mei, yang mengatakan bahwa karyawan TikTok secara teratur membagikan informasi pengguna, seperti informasi SIM dari beberapa pengguna Amerika, pada aplikasi perpesanan internal yang disebut Lark.
Informasi dibagikan kepada karyawan dari TikTok yang berbasis di Beijing, membuat perusahaan induk, ByteDance, dapat dengan mudah mengakses.
Forbes pertama kali melaporkan surat itu pada hari Rabu (8/6/2023)
Juru bicara TikTok Alex Haurek mengaku sedang meninjau surat itu.
"Kami tetap yakin akan keakuratan kesaksian dan tanggapan kami kepada Kongres,” tambahnya.
TikTok mengatakan server yang berisi data pengguna AS telah disimpan secara fisik di Virginia dan Singapura, tempat kantor pusatnya. Tapi siapa yang bisa mengakses data itu dan dari manakah pengakses adalah pertanyaan yang terus berlanjut.
Chew, CEO perusahaan, mengatakan pada sidang kongres di bulan Maret bahwa akses ke data disediakan sesuai kebutuhan bagi para insinyur secara global untuk tujuan bisnis.
Baca juga: Negara Bagian Montana Larang Total TikTok, Ini Alasannya
Dia juga mengatakan beberapa karyawan ByteDance masih mempertahankan akses ke beberapa data pengguna AS, tetapi itu akan berakhir setelah Project Texas, rencana perusahaan untuk menyedot data pengguna AS dari China telah selesai.
Aplikasi media sosial yang populer itu terus berada di bawah pengawasan dari pemerintah Barat, yang mewaspadai kepemilikan perusahaan China dan telah melarang penggunaannya pada perangkat yang dikeluarkan pemerintah.
Awal tahun ini, pemerintahan Biden mengancam akan melarang platform tersebut secara nasional jika pemilik perusahaan China tidak menjual saham mereka.
Baca juga: Austria Akan Larang Pegawai Pemerintah Instal TikTok di Ponsel
Untuk meredakan kekhawatiran dari anggota parlemen AS, TikTok menggembar-gemborkan rencana Project Texas untuk menyimpan data pengguna AS di server yang dimiliki dan dikelola oleh raksasa perangkat lunak Oracle.
Tahun lalu, perusahaan mengatakan mulai mengarahkan semua lalu lintas pengguna AS ke server tersebut, tetapi juga terus mencadangkan data di servernya sendiri.
Chew mengatakan perusahaan mulai menghapus semua data historis pengguna AS dari server non-Oracle pada bulan Maret, dan proses tersebut diperkirakan akan selesai tahun ini.
Baca juga: Dianggap Proses Data Anak Secara Ilegal, Inggris Beri Denda TikTok
Dalam surat mereka, para senator juga mengatakan laporan berita baru-baru ini tampaknya bertentangan dengan kesaksian dari pejabat TikTok lainnya tentang di mana data pengguna AS disimpan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.