KYAUKTAW, KOMPAS.com - Sedikitnya tiga orang tewas, 13 orang terluka, dan lebih dari 1.000 bangunan rusak ketika Topan Mocha terjang Myanmar.
Saluran berita milik militer Myanmar, Myawaddy TV, melaporkan pada Senin (15/5/2023), lebih dari 850 rumah, 64 sekolah, 14 fasilitas kesehatan, dan tujuh menara komunikasi di Myanmar hancur atau rusak akibat badai tersebut.
Topan Mocha yang menerjang Negara Bagian Rakhine kali ini tercatat termasuk menjadi salah satu badai paling kuat yang pernah melanda Myanmar dalam beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Di Myanmar, Konvoi yang Bawa Diplomat Indonesia Diserang Kelompok Bersenjata
Topan itu melepaskan angin hingga 210 kph (130 mph) yang menggasak rumah-rumah penduduk dan membawa gelombang badai ke ibu kota provinsi Sittwe pada Minggu (14/5/2023).
Sebagaimana dikutip dari Reuters, seorang juru bicara pasukan milisi Tentara Arakan di Negara Bagian Rakhine mengatakan, pihaknya harus menggunakan peralatan komunikasinya untuk mengumpulkan informasi tentang dampak Topan Mocha karena jaringan sipil sangat terganggu.
Kantor kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan, sekitar 6 juta orang di wilayah itu sudah membutuhkan bantuan kemanusiaan sebelum badai, di antaranya 1,2 juta orang terlantar akibat perselisihan etnis.
"Pejabat OCHA melihat kerusakan pada kamp pengungsi (Muslim Rohingya) yang berada di dekat pantai dan sebagian besar terbuat dari bambu, serta pusat evakuasi," kata seorang juru bicara.
Baca juga: Indonesia Gunakan ‘Diplomasi Diam-Diam’ untuk Bantu Selesaikan Krisis Myanmar
Dalam catatan, Myanmar pernah diterjang badai besar pada 2008.
Saat itu Topan Nargis menyapu bagian selatan Myanmar dan menewaskan hampir 140.000 orang.
Sebelum Topan Mocha mendarat pada Minggu sore, sekitar 400.000 orang telah dievakuasi di Myanmar dan Bangladesh.
Pihak berwenang dan lembaga bantuan terus berjuang untuk menghindari korban jiwa yang besar.
Mayoritas bangunan di Sittwe rusak, termasuk rumah sakit utama yang kehilangan sebagian atapnya, kata seorang warga melalui telepon.
Di Negara Bagian Chin yang bertetangga, yang telah menyaksikan pertempuran sengit antara pasukan junta Militer Myanmar dan pemberontak pro-demokrasi, para aktivis mengalami kesulitan untuk mencoba mengakses dampak badai di daerah-daerah di bawah pemadaman komunikasi junta.
Baca juga: Junta Myanmar Ampuni 2.153 Tahanan yang Dipenjara karena Perbedaan Pendapat
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.