Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ASEAN Hadapi "Perang Dingin Baru" AS-China, Seberapa Kuat Posisi Indonesia sebagai Ketua?

Kompas.com - 09/05/2023, 10:25 WIB
Irawan Sapto Adhi

Editor

Hasilnya, negara induknya itu tidak menjadi sasaran kritik dari negara-negara ASEAN.

Tindakan itu tentunya akan mengurangi kredibilitas ASEAN karena dianggap tidak bisa menjaga kepaduannya.

Hal itu juga akan memicu kemarahan negara besar yang menjadi rival induknya, yang tentunya akan meningkatkan ketegangan di kawasan.

Apakah Indonesia berperan sebagai proksi?

Tidak, menurut Teuku Rezasyah. Kata dia, Indonesia sudah lama menjaga jarak dengan China dan Amerika Serikat.

Hubungan yang terjadi dengan kedua negara besar itu disebut Rezasyah, dijalankan berdasarkan prinsip kebijakan luar negeri yang bebas aktif.

Dalam praktiknya pun terjadi kerja sama yang saling menguntungkan dan kerja sama itu dibuat sesuai dengan kerangka kesetaraan.

“Kita menolak menjadi proksi siapapun karena Indonesia ini terlalu besar untuk menjadi ekor negara lain,” tegasnya.

Baca juga: KJRI Chicago Prakarsai Penyelenggaraan ASEAN Networking Reception

Bagaimana dengan penyelesaian konflik Myanmar?

Presiden Jokowi mengatakan, Indonesia sebagai ketua ASEAN terus mendorong implementasi Five-Point Consensus, yang salah satunya adalah terkait dengan bantuan kemanusiaan.

Keketuaan Indonesia mampu memfasilitasi AHA Center, yaitu Pusat Koordinasi ASEAN untuk Bantuan Kemanusiaan dalam Penanggulangan Bencana, yang sempat tertunda cukup lama karena masalah akses.

“Kemarin, AHA Center didampingi tim monitoring ASEAN akan menyerahkan bantuan kemanusiaan. Tapi sangat disayangkan, di tengah perjalanan terjadi baku tembak-menembak,” kata Jokowi dalam konferensi pers di Labuan Bajo, Senin (8/5/2023).

Dia mengakui kondisi di Myanmar sangat kompleks karena konflik sudah berlangsung selama tujuh dekade.

Jika tidak segera dihentikan, Jokowi menyampaikan, rakyat yang akan menjadi korban karena kondisi ini tidak akan membuat siapa pun menang.

“Saya mengajak marilah kita duduk bersama, ciptakan ruang dialog untuk mencari solusi bersama,” ujar Presiden Jokowi.

Teuku Rezasyah mengatakan, ASEAN sudah lelah menghadapi Myanmar.

Dialog antarmenteri luar negeri, pertemuan darurat antarkepala negara, dan pertemuan tingkat tinggi lainnya, kata dia, tidak membuat rezim Myanmar berubah.

Dia menilai Indonesia sangat baik dan hati-hati dalam membantu penyelesaian konflik di Myanmar dengan cara yang merangkul dan lebih halus.

“Kita sudah melewati tahapan yang Myanmar sudah lalui dan akan lalui ke depan. Kita sudah pernah punya pemerintahan militer, kemudian transisi militer ke sipil juga sudah, kemudian dari sipil yang belum stabil menjadi sipil yang lebih stabil. Semoga Myanmar bisa melihat bahwa referensi itu adalah Indonesia,” ujar dia.

Baca juga: Polisi Filipina Selamatkan Lebih dari 1.000 Korban Perdagangan Manusia, WNI Terbanyak Keempat

Membahas perdagangan manusia

Selain membahas penguatan institusi ASEAN, menyusun Visi ASEAN Pasca-2025, membahas perkembangan di Myanmar, pemulihan ekonomi pasca-pandemi, penguatan arsitektur kesehatan di kawasan, dan isu penting lainnya di kawasan dan luar kawasan, isu penting lainnya yang dibahas dalam KTT ke-42 ASEAN adalah mengenai penanganan kejahatan perdagangan orang.

“Ini penting dan sengaja saya usulkan, karena korbannya adalah rakyat ASEAN dan sebagian besar adalah WNI kita,” kata Presiden Jokowi.

Baru-baru ini, pemerintah Indonesia telah menyelamatkan 20 WNI korban perdagangan manusia dari Myanmar.

Pada 5 Mei, otoritas Filipina dan perwakilan negara lainnya, termasuk Indonesia, juga telah menyelamatkan 1.048 orang dari 10 negara, dan 143 di antaranya adalah dari Indonesia.

Oleh sebab itu, Jokowi menegaskan perdagangan manusia harus diberantas tuntas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com