Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beritakan Kenaikan Harga, Wartawan Bangladesh Dijemput Polisi

Kompas.com - 30/03/2023, 16:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Guardian

DHAKA, KOMPAS.com - Polisi Bangladesh pada hari Rabu (29/3/2023) mendakwa seorang reporter dari sebuah surat kabar terkemuka karena dianggap memproduksi berita palsu.

Hal ini memicu ketakutan tentang kebebasan media, setelah sebuah artikel yang ditulisnya tentang harga pangan yang tinggi menjadi viral.

Shamsuzzaman Shams dijemput dari rumahnya di kota industri Savar di luar Dhaka sekitar pukul 4 pagi oleh polisi berpakaian preman, menurut surat kabarnya, Prothom Alo.

Baca juga: Grant Wahl, Wartawan Sepak Bola Ternama AS Meninggal Dunia Saat Meliput Piala Dunia Qatar

Dilansir dari Guardian, kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan Undang-Undang Keamanan Digital di mana Shams didakwa telah banyak digunakan oleh pemerintah untuk memberangus jurnalis dan kritikus.

Artikel Prothom Alo diterbitkan pada hari Minggu (26/3/2023) dan menyertakan kutipan dari orang biasa yang berbicara tentang kehidupan mereka pada kesempatan hari kemerdekaan Bangladesh.

“Apa gunanya kebebasan ini jika kita tidak mampu membeli beras?” kata seorang buruh yang dikutipnya.

Biaya makanan telah melonjak di Bangladesh sejak pertengahan 2022 setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Mata uangnya juga telah jatuh tajam terhadap dolar AS.

Menteri Dalam Negeri, Asaduzzaman Khan, membenarkan bahwa reporter itu diinterogasi oleh polisi karena cerita palsuyang diterbitkan pada akhir pekan.

"Sebuah kasus telah diajukan terhadapnya," kata menteri tersebut, menambahkan bahwa Shams akan dibebaskan dari tahanan tetapi dapat ditangkap lagi atas tuduhan tersebut.

Baca juga: Wartawan BBC Ditangkap dan Dipukuli Polisi China Saat Liput Protes Pembatasan Covid-19

Wartawan itu didakwa mencoreng citra pemerintah dengan berita palsu dan mengajukan pertanyaan tentang pencapaian Bangladesh, di bawah Undang-Undang Keamanan Digital, menurut salinan berkas kasus yang diperoleh AFP.

Menurut thinktank lokal, hampir 3.000 orang telah didakwa berdasarkan Undang-Undang Keamanan Digital sejak diberlakukan pada 2018, termasuk sekitar 280 jurnalis.

Hal ini memicu kekhawatiran bahwa di bawah perdana menteri Sheikh Hasina, yang berkuasa sejak 2009, negara Asia Selatan berpenduduk 170 juta orang itu menjadi semakin otoriter.

Baca juga: Wartawan Tewas Terkena Peluru Nyasar Saat Pasukan Rusia Latihan Menembak di Crimea

Reporters Without Borders menempatkan Bangladesh di peringkat 162 dari 180 negara dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia 2022. Itu berada di bawah Rusia (155) dan Afghanistan (156).

Dalam beberapa bulan terakhir, jumlah media dan jurnalis independen Bangladesh yang semakin berkurang semakin diserang oleh pemerintah dan partai berkuasa Hasina.

Pihak berwenang menutup satu-satunya juru bicara oposisi pada Februari, dengan mengatakan itu melanggar undang-undang pers negara itu.

Baca juga: Pertama sejak 2017, Xi Jinping Temui Wartawan Asing, Ini yang Disampaikan

Setidaknya 10 wartawan dipukuli oleh polisi saat meliput pemilihan pengacara Mahkamah Agung yang disengketakan di Dhaka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Internasional
Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Global
Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Global
Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

Global
Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com