Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjual Buku Rusia Khawatirkan Ancaman Sensor seperti Era Soviet

Kompas.com - 02/12/2022, 15:15 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber AFP

MOSKWA, KOMPAS.com - Penerbit Rusia di pameran buku terkemuka Moskwa mengatakan bahwa mereka sangat khawatir dengan pembatasan baru dan takut kembalinya sensor seperti Soviet.

Dilansir dari AFP, sejak Presiden Vladimir Putin mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, otoritas Rusia telah memperkuat kontrol atas arus informasi, termasuk di bidang seni.

Pekan lalu, anggota parlemen menyetujui RUU yang melarang segala bentuk propaganda LGBTQ dalam buku, film, media, dan internet.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-281 Serangan Rusia ke Ukraina: Biden Siap Berbicara dengan Putin, Ukraina Batasi Kelompok Agama Terkait dengan Rusia

Pihak berwenang juga ingin melarang penjualan buku-buku yang ditulis oleh agen asing kepada anak di bawah umur.

Label ini diberikan kepada para kritikus dan aktivis Kremlin, tetapi juga kepada semakin banyak penulis.

Novelis terkemuka seperti penulis fiksi ilmiah Dmitry Glukhovsky dan novelis fiksi sejarah Boris Akunin telah dicap dengan label tersebut, yang memiliki konotasi era Stalin.

Pada pameran buku non fiksi di Moskwa, acara budaya tahunan penting di ibu kota Rusia yang dibuka Kamis (1/12/2022), banyak penerbit, penjual buku, dan pembaca prihatin.

Baca juga: Rusia Ganggu Pertahanan Udara Ukraina, Ini Caranya

Yevgeny Kopyov, dari penerbit besar Eksmo, mengatakan dia khawatir dengan interpretasi luas dari undang-undang propaganda LGBTQ.

Dia memperingatkan bahwa itu dapat memengaruhi sejumlah besar literatur, termasuk yang klasik.

“Semuanya akan bergantung pada interaksi kita dengan otoritas regulasi,” pungkasnya.

Banyak penerbit seperti Kopyov sedang menunggu pihak berwenang mengklarifikasi apa yang mereka yakini sebagai propaganda LGBTQ atau bukan.

Baca juga: Lavrov: NATO Kobarkan Ketegangan di Laut China Selatan, Ancam Rusia

Namun beberapa toko buku di Saint Petersburg sudah menyingkirkan buku bermasalah dengan menawarkan diskon hingga 50 persen, menurut media lokal.

Di pameran, Marina Kadetova dari penerbit Kompas-Gid, memperingatkan bahwa pembatasan tersebut memicu penyensoran sendiri.

"Ketika orang mulai menyensor diri mereka sendiri, maka masalah pun dimulai," katanya.

Pekerjaannya, katanya, menjadi lebih sulit.

"Dalam batasan apa pun yang tidak dibenarkan dan tidak dipikirkan, sulit untuk dikerjakan," tambahnya.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-280 Serangan Rusia ke Ukraina, Titik Distribusi Gas Zaporizhzhia Diserang, Rusia Bersiap Perkuat Nuklirnya

Tatiana Stoyanova, yang juga bekerja di penerbit yang sama, mengatakan pembatasan itu dapat menyebabkan kebangkitan kembali praktik "samizdat" Soviet yang melihat penerbitan buku-buku terlarang secara bawah tanah.

"Di Rusia, ada mentalitas seperti itu: semakin dilarang, semakin menarik," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Global
Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Global
Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Global
Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Global
Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Global
Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com