Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesamaan Tragedi Kanjuruhan dengan Bencana Stadion Besar Sebelum-sebelumnya...

Kompas.com - 04/10/2022, 22:00 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Seorang jurnalis lokal yang meliput persidangan itu, Paul Adom Otchere mengatakan, putusan itu dinilai tepat oleh sebagian besar masyarakat Ghana.

"Apa yang diinginkan publik adalah penuntutan terhadap yang membangun stadion, inspektor yang menyatakan stadion itu aman, dan orang-orang yang mengunci pintu keluar," kata dia kepada BBC Sport.

Hillsborough, Inggris (1989)

Tragedi ini adalah salah satu bencana sepak bola terburuk dan paling kontroversial di dunia.

Pengelolaan massa yang buruk menjelang pertandingan semifinal Piala FA antara Liverpool dan Nottingham Forest berujung kematian 96 pendukung Liverpool di Stadion Hillsborough yang dipagari ketat.

Andrew Devine mengalami cidera serius yang mengubah hidupnya dan meninggal pada usia 55 tahun pada 2021. Dia menjadi korban ke-97 dari tragedi itu.

Polisi dan media Inggris mulanya menyalahkan suporter atas insiden itu, menuduh mereka mabuk dan tidak tertib. Namun tuduhan itu dibantah oleh serangkaian penyelidikan selama tiga dekade berikutnya.

Pada 2016, hakim menyimpulkan bahwa para korban dibunuh di luar hukum dan para suporter tidak berkontribusi terhadap kematian mereka.

Baca juga: Soal Tragedi Kanjuruhan, Ini Pendapat Nugroho Setiawan, Satu-satunya Orang Indonesia Pemegang Lisensi FIFA Security Officer

Stadion Dasharath, Nepal (1988)

Badai es yang terjadi tiba-tiba menyebabkan kepanikan para suporter yang menonton pertandingan di ibu kota Nepal pada Maret 1988.

Orang-orang bergegas mencari perlindungan ke satu-satunya bagian stadion yang beratap, namun mereka didorong kembali oleh polisi. Sementara itu, penonton mencoba keluar stadion menemukan bahwa pintu gerbang terkunci.

Situasi itu mengakibatkan puluhan orang meninggal.

Data kematian resmi yang tercatat adalah 70, namun media-media Nepal memperkirakan bahwa korban meninggal mencapai 93 orang.

"Sandal dan sepatu milik korban tewas dan terluka berserakan di mana-mana," kata Anil Rupakheti, mantan pemain bola yang berada di lapangan pertandingan saat itu kepada surat kabar Kathmandu Post pada 2020.

Stadion Port Said, Mesir (2012)

Pertandingan liga antara klub Mesir Al Masry dan Al Ahly di Kota Port Said pada Februari 2012 berujung duka.

Setelah timnya menang 3-1, penggemar Al Masry menyerbu suporter Al Ahly yang terjebak karena aparat menolak membuka gerbang stadion. Kerusuhan besar-besaran itu mengakibatkan 74 orang tewas dan 500 orang luka-luka.

Lebih dari 70 orang, termasuk sembilan polisi, didakwa dengan 47 hukuman, termasuk hukuman mati.

Baca juga: Permainan Sepak Bola Berasal dari Negara Mana?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com