Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Kebijakan Senjata Api di Negara-negara Maju dan Efektivitasnya

Kompas.com - 12/07/2022, 07:15 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber DW

Catatan setiap kepemilikan, dan transfer senjata api milik pribadi disimpan dalam daftar resmi. 

Baca juga: Penembakan Massal di Chicago Saat Hari Kemerdekaan AS, 6 Tewas dan 36 Luka-luka

Selandia Baru

Seorang pria bersenjata supremasi kulit putih menewaskan 51 orang dan melukai sedikitnya 40 lainnya pada 2019 di Christchurch.

Pemerintah Selandia Baru mengambil tindakan dalam waktu satu bulan, memperkenalkan larangan nasional pada senjata semi-otomatis dan senapan serbu.

Pengambilan suara di Parlemen nyaris bulat mendukung perubahan tersebut, dengan hanya satu suara berbeda pendapat.

Reaksi cepat terhadap penembakan massal ini adalah reaksi yang unik. Pada Mei tahun ini, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan kepada Stephen Colbert di "The Late Show" bahwa perubahan itu adalah respons "pragmatis", di mana "kami melihat sesuatu yang tidak benar, dan kami bertindak berdasarkan itu."

Baca juga: Kronologi Terbaru Penembakan SD Texas, Detik-detik Penuh Kekacauan dan Ketakutan

Jerman

Setelah serangan teror di Paris pada 2015, Komisi Eropa merancang reformasi yang dimasukkan ke dalam undang-undang senjata api Jerman pada 2020.

Sejak itu, pihak berwenang harus melakukan pemeriksaan bersama badan intelijen domestik untuk melihat apakah pemohon diketahui sebagai ekstremis, sebelum mengeluarkan izin senjata api.

Setiap lima tahun, polisi memeriksa apakah pemilik senjata api terdaftar memiliki "kebutuhan sah" untuk memilikinya, seperti masuk dalam anggota klub menembak atau memiliki izin berburu.

Tapi efektivitas aturan ini untuk mencegah serangan ekstremis masih menjadi bahan perdebatan. Tobias R (pelaku pembunuhan 9 orang pada 2020 di Hanau), dan Stephan E (neo-Nazi pembunuh gubernur lokal pada 2019), keduanya adalah anggota klub menembak.

Baca juga: Kenapa di Amerika Sering Terjadi Penembakan Saat Musim Panas? Ini 3 Sebabnya

Swiss

Swiss memiliki salah satu populasi bersenjata terpadat di dunia, dengan lebih dari 2,3 juta senjata milik pribadi dalam populasi 8,5 juta.

Budaya senjata di Swiss pada dasarnya terkait dengan tentaranya. Dinas militer wajib bagi semua warga negara laki-laki dan mereka dapat menyimpan senjata setelah menyelesaikan dinas.

Tingginya jumlah pemegang senjata di Swiss bukan tanpa regulasi. Untuk mendapatkan lisensi dari otoritas setempat, beberapa pemeriksaan latar belakang diperlukan.

Swiss bukan anggota Uni Eropa (UE) tetapi berada di Wilayah Schengen sehingga memiliki perjanjian bilateral termasuk soal kepemilikan senjata api, yang disesuaikan dengan peraturan baru UE. Alhasil, pembatasan ketat ditetapkan untuk senjata semi-otomatis dan otomatis.

Baca juga: Untuk Pertama Kalinya, Rusia Mengakui Kehabisan Senjata untuk Perang di Ukraina

Meskipun budaya senjata api yang kuat dan tingkat kepemilikan senjata api di Swiss memiliki kesamaan dengan Amerika Serikat, jumlah penembakan massal tidak sebanding.

Penembakan massal terakhir di Swiss terjadi pada 2001, sedangkan Arsip Kekerasan Senjata mencatat pada 2021 saja AS mengalami 692 penembakan massal, angka tertinggi sejak kelompok riset nirlaba mulai melacak penembakan di "Negeri Paman Sam" pada 2014.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com